Oleh : Martin Jatinangor
Sudah menjadi kebiasaan sebagian orang Kristen sering pergi ke rumah ibadat atau gerja pada hari minggu.Seperti halnya di Indonesia sebagian umat Kristen melakukan ritual keagamaannya di gereja pada hari minggu, lain halnya yang terjadi di dataran Eropa dan Amerika , menurut kabar dari New York (KDY) yang dikabarkan oleh putra bangsa asal kanjang sulawesi KH.Syamsi Ali Imam mesjid yang terdapat dijantung kota paman sam , gereja-gereja saat ini telah banyak ditinggalkan oleh penganut yesus, sebagain ada yang beralih fungsi menjadi mesjid. Hal itu tidak lain disebabkan karena mereka kaum Kristen sudah bisa melihat kenyataan bahwa banyak paradoks antara bunyi ayat dalam bible dan pemahamannya dengan wujud praktek ibadah yang dilakukannya.
Salah satu ketidak sesuaian antara firman dengan praktek ibadah adalah tentang hari berhentinya dari pekerjaan atau yang disebut dengan hari sabat
Perintah yang terdapat dalam Kitab Taurat Musa yaitu pada kitab Ulangan 5:7-21 yang dalam bahasa inggrisnya disebut ten commandments nampaknya tidak lagi dijalankan oleh para pengikut orang-orang Kristen .
Satu dari Sepuluh perintah tuhan di antaranya adalah menetapkan dan mengkuduskan hari sabat .Sebagai orang Kristen yang baik dan benar serta setia dan taat tentunya harus menjalankan dan mematuhi perintah tersebut . Sepuluh Firman Allah itu suci adanya, bahkan ditulis oleh jari Allah sendiri pada dua loh batu kemudian diberikan kepada Musa untuk disampaikan kepada segenap manusia. Oleh sebab itu, sebagai umat Kristen, mereka harus pelihara dan jalankan semua hukum-hukum itu.
Seandainya ada sebagian hukum dalam Sepuluh Perintah Allah tersebut tidak dijalankan, tidak dihormati lagi oleh sebagian besar umat Kristiani, baik Katolik maupun prostestant mereka itu telah tersesat dari jalan-jalan Tuhan.
karena ke Sepuluh Firman Allah itu sudah final dan harus diimani dan dijalankan dengan sepenuh hati dan ikhlas dalam rangka tunduk dan patuh atas segala firman Tuhan. Itu perintah yang sangat suci dan harus dipelihara dan dijalankan, sebab perintah itu ditulis langsung dengan jari-jari tangan Tuhan sendiri dan Dia sendiri yang menyerahkan langsung kepada nabi Musa.
Namun alangkah disayangkan dengan apa yang sesungguhnya dilakukan oleh penganut sebagian besar orang Kristen , mereka tidak konsisten terhadap apa yang ditulis tuhannya dalam Salah satu hukum dari Sepuluh Firman Allah adalah menghormati dan mengkuduskan hari SABAT sebagai hari perhentian pada hari ke tujuh…..itu tertulis jelas dalam alkitab yaitu sebagai hukum yang ke empat.
Seorang pemuka agama Kristen dengan jujur mengatakan bahwa sebagian besar umat Kristen mengkuduskan hari Minggu. Buktinya semua umat Kristen beribadah pada setiap hari Minggu, kecuali dari golongan minoritas Advent.
Menurut Advent, hari Sabat itu jatuh pada hari Sabtu, tetapi kristen Protestan dan juga Katolik dan Kristen lainnya, jatuh pada hari Minggu.
Perbedaan Sabtu dan Minggu
Kristen Advent merayakan sabat pada hari Sabtu, karena mereka menggunakan penanggalan Yahudi. Sementara katolik dan prostestant yang merayakan hari Minggu, mereka menggunakan penanggalan Gregorian.
penanggalan Gregorian, jika dihitung hari kerjanya, hari Minggu adalah hari ketujuh. Hari mulai bekerja itu Senin. Jadi Minggu adalah hari ketujuh. Kalau di hitung : 1. senin 2 Selasa. 3. Rabu 4. Kamis 5 Jumat 6 Sabtu 7 Minggu.
Hal ini bertentangan dengan alkitab ,jelas sekali disebutkan bahwa yang disebut hari pertama itu “Hari Minggu” bukan hari Senin.Penanggalan Gregorian baru diperkenalkan pada tahun 1582. kemudian orang Scotlandia menyetujui penanggalan Gregorian baru pada tahun 1600-an. Jerman, Denmark dan Swedia baru menerimanya pada tahun 1700-an. Apalagi Inggris menerimanya baru pada tahun 1752. ini berarti bahwa penanggalan Gregorian baru dikenal sekitar 300-400 tahun yang lalu. Sementara informasi Alkitab, bahwa hari pertama “hari Minggu” sudah ribuan tahun.
Banyak orang kristen tidak mengikuti apa yang tertulis dalam alkitab,mereka tidak yakin lagi dengan informasi dari kitab suci sendiri, lalu beralih lebih percaya memilih penulis penanggalan Gregorian.
Dalam alkitab yang disebut “hari bekerja Tuhan”, tidak sama seperti “hari bekerja manusia”. Yang dimaksud dengan “hari bekerjanya Tuhan” yaitu hari-hari ketika Tuhan menciptakan alam semesta, sementara “hari bekerjanya manusia” yaitu hari kerjanya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, agar dia bisa melangsungkan kehidupan di bumi ini.
Menurut alkitab hari pertama itu hari minggu, sementara menurut pemuka gereja hari senin. Orang kristen memilih hari Minggu bukan Sabtu seperti yang Tuhan firmankan , dengan demikian kebanyakan kaum kristen bukan mengikuti firman Tuhan tapi mengikuti kata pemuka gereja.(konsili gereja )
Enam bukti menurut Alkitab bahwa “hari pertama” itu adalah hari Minggu!!!! Bukan Senin, sehingga jatuhnya hari sabat yaitu hari Sabtu, bukan Minggu.
• Matius 28:1.
Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.
• Markus 16:9.
Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan.
• Lukas 24:1
tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka.
• Yoh 20:1
Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur.
• Yohanes 20:19
Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"
ke enam ayat tersebut merupakan bukti bahwa “hari Minggu adalah hari pertama?” sehingga tepat pada hari ketujuh merupakan hari sabtu.
tidak ada dalil yang tertulis bahwa hari kudus itu hari Minggu. Kaum Kristen tidak melihat makna yang tersurat tetapi mereka melihat makna yang tersirat , bahwa hari Minggu adalah hari yang dikuduskan, yaitu sebagai hari “kebangkitan Yesus”.
Semua umat kristiani yakin dan percaya bahwa Yesus bangkit pada hari Minggu. Untuk mengabdikan “hari kebangkitan Yesus”, maka gereja menetapkan hari Minggu sebagai hari yang harus diperingati sebagai hari suci.
Menurut alkitab yesus bangkit pada hari minggu, tetapi bukan berarti bahwa Tuhan menyuruh mengkuduskan hari tersebut. Jika tuhan menyuruh menghormati dan mengkuduskan hari itu, mana dalilnya dalam alkitab dimana tuhan mengatakan “kuduskanlah hari Minggu”, tidak ada bukan? Yang ada “kuduskanlah hari Sabat”.
Sabat dalam kronologis kematian yesus
Umat Kristen harusnya mengakui bahwa hari Sabat itu jatuh pada hari Sabtu. Karena mereka percaya bahwa Yesus mati pada hari Jumat dan bangkit pada hari Minggu.Coba kita baca kronologi ketika Yesus mati, dikubur dan bangkit dari kuburnya.
• Lukas 23:52-54
23:52 Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus.
23:53 Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat.
23:54 Hari itu adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai.
• Lukas 23:55-56
23:55 Dan perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea, ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana mayat-Nya dibaringkan.
23:56 Dan setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur. (23-56b) Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat
• Matius 28:1
Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.
Ayat ayat tersebut sangat jelas mengatakan bahwa Sabat itu hari Sabtu, bukan Minggu. Umat Kristen percaya bahwa Yesus mati hari Jumat dan bangkit hari Minggu. Ini berarti umat kristen harus percaya bahwa antara hari Jumat dan hari Minggu ada satu hari lain, yakni Sabtu. Nah hari Sabtu inilah jatuhnya hari Sabat. Menurut definisi, Sabtu itulah hari sesudah Jumat dan sebelum Minggu.
Umat Kristen membenarkan tentang kenyataan sabat dalam kronologis wafatnya yesus, tetapi mereka mengatakan “hari itu tidak penting”, yang penting adalah dalam seminggu harus ada hari perhentian yang dikuduskan.mereka mengatakan Kalau sabat hari Sabtu, hal itu hanya menurut penanggalan yahudi. Ketika waktu Allah berfirman menurunkan ayatnya pada waktu itu belum ada penanggalan.
Ungakapan yang mereka lontarkan sangat tidak rasional , disatu sisi mereka percaya /mengimani yesus mati pada hari jum’at dan bangkit pada hari minggu di pihak lain mereka mengatakan bahwa hari sabat merupakan penanggalan yahudi ,padahal kronolgis wafatnya yesus tsb merupakan penanggalan yahudi pula.
Tuhan berfirman bahwa yang harus dikuduskan yaitu hari Sabat yang jatuh pada hari Sabtu. Perhatikan firman Allah dalam kitab umat Kristen , mari kita baca Keluaran 20:8-11.
• 20:8 Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:
• 20:9 enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
• 20:10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
• 20:11 Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
Firman Allah itu sangat jelas bahwa Dia menyuruh beristirahat pada hari ketujuh dan mengkuduskan hari Sabat, karena itu adalah hari yang Dia berkati. Seharusnya Orang Kristen patuh pada perintahNya daripada perintah gereja, bukan? Lagi pula tidak ada satu dalilpun dalam alkitab menyatakan bahwa Tuhan mengkuduskan hari Minggu.
Tapi orang –orang Kristen masih berpendapat dan mengatakan bahwa , hari Minggu juga hari kudus, sebab hari itu sangat menentukan keselamatan umat manusia. Sebab Tuhan memilih Yesus bangkit pada hari Minggu, berarti juga adalah hari pilihan Tuhan.
Meraka sangat bersikukuh dan ngotot membela kesalahan dengan mencari-cari dalil pembenaran atau ketidak rasionalan pendapatnya. Padahal dalam alkitab setebal itu, tidak ada satu ayatpun yang menyuruh mengkuduskan hari Minggu. Bahkan nama hari “minggu” pun tidak disebutkan dalam alkitab, kecuali disebut “hari minggu pertama”. Seandainya mereka mau berpikir yang sehat, dan merenungkan ancaman Tuhan bagi orang yang melanggar perintah Nya pada Keluaran 31:12-18.
• 31:12. Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
• 31:13 "Katakanlah kepada orang Israel, demikian: Akan tetapi hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itulah peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu.
• 31:14 Haruslah kamu pelihara hari Sabat, sebab itulah hari kudus bagimu; siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat itu, pastilah ia dihukum mati, sebab setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu harus dilenyapkan dari antara bangsanya.
• 31:15 Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, hari kudus bagi TUHAN: setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat, pastilah ia dihukum mati.
• 31:16 Maka haruslah orang Israel memelihara hari Sabat, dengan merayakan sabat, turun-temurun, menjadi perjanjian kekal.
• 31:17 Antara Aku dan orang Israel maka inilah suatu peringatan untuk selama-lamanya, sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, dan pada hari yang ketujuh Ia berhenti bekerja untuk beristirahat."
• 31:18 Dan TUHAN memberikan kepada Musa, setelah Ia selesai berbicara dengan dia di gunung Sinai, kedua loh hukum Allah, loh batu, yang ditulisi oleh jari Allah.
Melihat ancaman sedemikian seriusnya walaupun bukan orang Kristen, dirasa sangat merinding membaca ancaman Allah terhadap orang yang melanggar perintah Allah, itu jelas sekali menyuruh memelihara hari Sabat turun temurun. Berarti perintah itu berlaku kekal. Bahkan yang melanggarnya mendapat ancaman hukuman mati. Tapi orang Katolik serta sekte Kristen lainnya tenang-tenang saja, bahkan sama sekali tidak menggubrisnya.
Meraka umat Kristen mengagap enteng suatu ketetapan yang begitu penting bahkan saking pentingnya perintah itu, Allah sendiri yang menuliskan dengan jari-jari tanganNya sendiri, kemudian Dia sendiri juga yang menyerahkan kepada nabi Musa.
Perhatikan firman Tuhan ini dalam Keluaran 24:12
• 24:12. TUHAN berfirman kepada Musa: "Naiklah menghadap Aku, ke atas gunung, dan tinggallah di sana, maka Aku akan memberikan kepadamu loh batu, yakni hukum dan perintah, yang telah Kutuliskan untuk diajarkan kepada mereka."
• Setelah nabi Musa menerimanya, turun lah Musa dari gunung dengan membawa kedua loh batu tersebut. Perhatikan firman Tuhan pada Kel 32:15-16 ini,
• 32:15. Setelah itu berpalinglah Musa, lalu turun dari gunung dengan kedua loh hukum Allah dalam tangannya, loh-loh yang bertulis pada kedua sisinya; bertulis sebelah-menyebelah.
• 32:16 Kedua loh itu ialah pekerjaan Allah dan tulisan itu ialah tulisan Allah, ditukik pada loh-loh itu.
Nah apakah ayat-ayat tersebut belum cukup meyakinkan bahwa sesungguhnya hari Sabat yang semestinya dipelihara, dan dikuduskan serta dipertahankan selama-lamanya adalah hari Sabtu, bukan hari Minggu!!! Dan apakah karya Tuhan yang maha penting dan maha agung bahkan ditulis dengan jari tanganNya sendiri tidak ada harganya???
Pelukis yang menoreh tintanya diatas kanvas atau kertas atau kulit, apalagi dari pelukis kenamaan yang dilukis ratusan tahun lalu, begitu dihargai dan bahkan harganya sangat mahal sampai milyaran rupiah. Kok lukisan langsung dari jari tangan Tuhan sendiri tidak anda jaga, tidak anda hargai dan tidak anda pelihara dan kuduskan???
Bukankah harga lukisan termahal dari tangan manusia hanya sebatas kenikmatan dunia dan tidak menyelamatkan nyawa anda?? Sementara lukisan dan tulisan dengan jari tangan Tuhan menyelamatkan jiwa anda dunia dan akhirat?
Jika umat Kristen mengikuti perintah pendeta atau pemimpin gereja berarti sama saja lebih menghormati dan lebih menghargai lukisan karya tangan manusia daripada lukisan tangan Tuhan, bukan? Cobalah renungkan dan pikirkan dengan hati yang tulus.
Dalam Islam hari beribadah dalam setiap minggu jatuhnya pada hari Jumat, bukan Sabtu dan bukan Minggu. Ada perintah untuk beribadah pada hari Jumat, maka umat Islam setiap minggu juga punya satu hari khusus untuk beribadah secara berjamaah kepadaNya.
beribadah pada hari Jumat terdapat dalam Qur’an surat 62 Al Jumuah (Hari Jumat), ayat 9 bunyinya :
“hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk shalat pada hari Jumat, maka hendaklah kamu bersegera untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Demikianlah yang lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahui.”
Umat Islam tetap konsisten menjalankan ibadah dan pada hari jum’at sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah SWT di dalam Al-Qur’an , walaupun kami berada didalam wilayah negara yang memberikan waktu istirahat pada hari minggu
Sabat Dalam Al-Qur’an
Ada ayat-ayat Al Qur’an yang menceritakan tentang hari Sabat, tetapi ayat itu bukan ditujukan kepada umat Islam, melainkan kepada orang-orang Yahudi yang melanggar hukum Sabat. Mereka tidak mensucikan hari Sabat, bahkan mereka terus saja bekerja pada hari tersebut, sehingga Allah memberikan peringatan bahkan kutukan kepada mereka.
ada sekitar lima kali kata Sabat atau Sabtu disebutkan dalam Al Qur’an, yaitu :
Qs Al Baqarah 65 -66
Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina". Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
An Nisa 47, 154
47. Hai orang-orang yang telah diberi Al Kitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al Qur'an) yang membenarkan Kitab yang ada pada kamu sebelum Kami mengubah muka (mu), lalu Kami putarkan ke belakang atau Kami kutuki mereka sebagaimana Kami telah mengutuki orang-orang (yang berbuat ma'siat) pada hari Sabtu. Dan ketetapan Allah pasti berlaku.
154. Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk (menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. Dan kami perintahkan kepada mereka : "Masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud", dan Kami perintahkan (pula) kepada mereka : "Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu", dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh.
Al A’raf 163
Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.
An Nahl 124
Sesungguhnya diwajibkan (menghormati) hari Sabtu atas orang-orang (Yahudi) yang berselisih padanya. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar akan memberi putusan di antara mereka di hari kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan itu.
Bunyi ayat Al Qur’an tersebut, dapat kita ketahui bahwa pada masa itu pernah Allah buktikan, memberikan kutukan bagi yang melanggar dan tidak mensucikan hari Sabat, yaitu dengan merobah muka mereka jadi kera yang hina. Maksud Allah yaitu memberikan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa agar tetap memelihara hukum-hukumNya, karena bagi yang melanggar pasti ada sangsinya. Sangsi itu jika tidak dibuktikan di dunia, pasti akan dibuktikan di akhirat.
Mestinya umat Katolik, Protestan dan sekte lainnya, jika merasa pengikut Yesus yang setia dan menjalankan perintah-perintah Tuhan, harus beribadah pada hari Sabtu sebagai hari Sabat yang dikuduskan Tuhan, bukan hari Minggu. Kenapa? Sebab perintah Tuhan itu kekal dan abadi, berlaku terus sampai kiamat dan seumur hidup Yesus tidak sekalipun beribadah pada hari Minggu.
Menurut kamus berbagai bahasa, Sabat itu artinya Sabtu, bukan Minggu. Bahasa Jawa (Sabbat). Makassar (Saba’na). Bugis (Saba’e). Arab (sabt). Greek/Yunani (Sabbaton). Italia (Sabato). Inggris (Sabbath). Polandia (Sobota). Spanyol (Sabado). Dan bahasa Indonesia (sabtu).
Perlu diketahui, penetapan hari Minggu sebagai hari peristirahatan dan hari ibadah yaitu pada tahun 364 M pada Konsili Laodikea. Pada saat itulah dewan gereja menetapkan, Minggu sebagai hari istirahat dan ibadah bagi umat Kristiani.
Oleh sebab itu beribadah pada hari Minggu, bukan ketentuan dan ketetapan dari Tuhan, tetapi hanya hasil musyawarah para dewan gereja. Makanya tidak terdapat walau satu ayatpun dalam alkitab, dimana Tuhan maupun Yesus yang mengkuduskan dan memberkati hari Minggu. Yang dikuduskan dan diberkati adalah hari Sabat yaitu hari Sabtu!
Dari seluruh alkitab di dunia ini, dalam bahasa apapun, semuanya menunjukkan bahwa hari beribadah yang diperintahkan dan dikuduskan Tuhan, adalah hari Sabtu, bukan Minggu. Dan Al Qur’an juga mengatakan demikian.
Oleh sebab itu semakin jelaslah bahwa beribadah pada hari Minggu, sama sekali tidak ada dasarnya dan dalilnya, baik dalam Alkitab maupun dalam Al Qur’an. Kenapa seperti itu? Sebab beribadah pada hari Minggu hanyalah rekayasa oleh Dewan Gereja pada konsili Laodikea sejak tahun 364 M, tiga abad lebih setelah Yesus meninggal.
Kesimpulan :
Umat Kristen didalam menjalankan ritual keagamaannya, tidak berdasarkan pada nash-nash yang tertulis didalam kitabnya, meraka cenderung melaksanakan apa yang menjadi ketetapan pihak gereja (konsili gereja ) , dari uraian dan sumber bukti yang diberikan berasal dari bible , merupakan sebagian bukti otentik bahwa umat Kristen telah salah kaprah didalam melakukan tatacara beribadah , hal itu merupakan bukti bagi nash-nash al-qur’an , dalam surat Al-Baqarah ayat 101 mengatakan .” Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah).
Tidak hanya merubah redaksional kitab yang dilakukan oleh kaum nasrani namun mereka juga melakukan distorsi dalam aplikasi ibadah yang tidak sesuai dengan kitabnya ,sungguh merupakan kabar yang nyata apa yang dikatakan didalam Al-Qur’an .
Selanjutnya QS 2 : 79 menjelaskan . ]Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka Kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.
Al-Qur’an meceritakan sekaligus membenarkan bahwa pada masa-masa yang lalu Allah SWT pernah memberikan petunjuk pada umat manusia , namun petunjuk itu telah dirubah atu diganti sebagian dari padanya oleh para rahib yahudi dan Nasrani
Umat islam seharusnya lebih mempertebal imannya setelah apa yang Al-Qur’an jelaskan tentang bukti yang benar-benar nyata, bahwa perubahan yang dilakukan oleh orang-orang nasrani atau yahudi , dari dulu hingga sekarang dari redaksional sampai aplikasi beribadah sesungguhnya benar –benar nyata.
Sumber :
Al-Qur'an
Bible
Swaramuslim.net
Moko ginta
Penulis : Martin Jatinangor
email : martin_market@yahoo.co.id
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.(Qs Al Isra' 36)
Minggu, 07 Oktober 2007
sunat Ibrahim akal-akalan Yahudi dimanfaatkan kristen
oleh : Archa
Soal ritual sunat dalam setiap diskusi Islam – Kristen sering dimunculkan orang, umumnya kaum Muslim mempertanyakan mengapa ajaran Kristen tidak lagi mementingkan sunat sebagaimana yang diajarkan dalam Perjanjian Lama, sebagai suatu tanda perjanjian antara Tuhan dengan nabi Ibrahim dan keturunannya sampai kepada Yesus Kristus, dan sebagai pengikut Yesus, umat Kristen seharusnya juga menjalankannya. Sebaliknya sanggahan yang umum juga dijawab oleh Kristen adalah sunat tersebut hanya diwajibkan bagi Ibrahim dan keturunannya (yang kemudian dipersempit lagi menjadi kaum Yahudi sesuai alkitab Perjanjian Lama), sedangkan mereka sebagai orang non-Yahudi tidak terkena kewajiban tersebut, ini juga berdasarkan alkitab Perjanjian Baru, sesuai dengan ajaran yang disampaikan Paulus.
Kisah tentang asal-muasal kewajiban sunat bersumber dari Kitab Kejadian pada Alkitab Perjanjian Lama (PL) yaitu ketika menceritakan kisah keluarga nabi Ibrahim. Dalam kronologis ceritanya, dimulai kitab Kejadian 12 ketika Tuhan berfirman menyuruh Ibrahim (ketika itu masih bernama Abram) untuk pergi dari negerinya kesuatu tempat yang akan ditunjuk Tuhan, disitu Tuhan sudah mulai memberikan janji kepada Ibrahim :
12:2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.
12:7 Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu."
Berdasarkan dari apa yang dijanjikan Tuhan tersebut, kita bisa melihat kata ‘bangsa’ dan ‘negeri’, ini bisa diartikan ‘kekuasaan untuk memerintah’ atau bisa juga diartikan ‘dominasi untuk mendiami suatu wilayah’, jadi Tuhan telah menjanjikan Ibrahim bahwa kelak dia dan anak keturunannya akan berdiam dalam suatu wilayah, berkuasa, mempunyai kesempatan mencari nafkah dengan mengelola wilayah tersebut. Namun terlihat ini masih merupakan janji ‘sepihak’ dan belum berbentuk perjanjian.
Dalam Kej 13 sekali lagi Tuhan menyatakan janji kepada Ibrahim :
13:14 Setelah Lot berpisah dari pada Abram, berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan,
13:15 sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya.
13:16 Dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, sehingga, jika seandainya ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmupun akan dapat dihitung juga.
13:17 Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu."
Disini janji Tuhan mulai lebih terperinci :
1. Wilayah tersebut terbentang ‘sejauh mata memandang’ dari posisi Ibrahim pada waktu itu (tanah Kanaan –Kej 13:12)
2. Jumlah keturunan Ibrahim ‘seperti debu tanah banyaknya’.
3. Wilayah tersebut merupakan wilayah yang dijalani (disinggahi) oleh Ibrahim.
Namun sampai disini kita masih bisa menyebutnya sebagai ‘janji sepihak’ dan belum berupa perjanjian.
Perjanjian antara Tuhan dengan Ibrahim baru disebut secara jelas pada Kej 15, setelah Tuhan memerintahkan Ibrahim untuk menyampaikan beberapa korban dan menjelaskan nasib yang akan diterima anak keturunan Ibrahim kelak, lalu dibuatlah perjanjian :
15:18 Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: "Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat:
15:19 yakni tanah orang Keni, orang Kenas, orang Kadmon,
15:20 orang Het, orang Feris, orang Refaim,
15:21 orang Amori, orang Kanaan, orang Girgasi dan orang Yebus itu."
Jadi perjanjian antara Ibrahim dengan Tuhannya adalah dengan tanda perjanjian berupa pengorbanan binatang lembu, kambing, domba dan burung (Kej 15:9)
Sampai disini kronologis ceritanya sangat runtut dan logis. ‘Kekacauan’ alur cerita terjadi pada kisah selanjutnya. Setelah diselingi kisah keluarga Ibrahim, yaitu antara istrinya Sarai dan budak perempuannya Hagar pada Kej 16, cerita soal perjanjian antara Tuhan dengan Ibrahim muncul lagi pada Kej 17 :
17:2 Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak."
Rupanya Tuhan merasa perlu untuk mengulang perjanjian yang sudah diadakan sebelumnya, dalam perjanjian ‘jilid 2’ ini tercantum ‘hak dan kewajiban’ kedua-belah pihak :
17:4 "Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.
17:6 Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja.
17:7 Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu.
17:8 Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka."
Hak dan kewajiban Tuhan kelihatannya banyak mengulang kembali dari apa yang terdapat pada perjanjian ‘jilid 1’, cuma disini terlihat ada yang ‘menyempal’ yaitu ayat 17:8, yang menyebut khusus tanah Kanaan, berbeda dengan perjanjian sebelumnya yang menyebut wilayah yang lebih luas. Mengapa terjadi perubahan..??, kita bisa melihat cerita ini :
17:18 Dan Abraham berkata kepada Allah: "Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!"
17:19 Tetapi Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya.
17:20 Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar.
17:21 Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga."
Ooo..ini rupanya menyangkut Ismail dan Ishak, terlihat jelas adanya ‘penggiringan’ cerita untuk mengeluarkan Ismail dari perjanjian ‘jilid 1’ dengan membuat perjanjian ‘jilid 2’, dan ini terkait dengan penguasaan tanah Kanaan tempat dimana mayoritas bangsa Yahudi berdiam. Ini diperkuat lagi dengan adanya ayat lain pada Keluaran:
2:24 Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub.
Setelah menggiring hak perjanjian tersebut kepada Ishak dan menyingkirkan Ismail, maka ‘giringan’ selanjutnya adalah kepada Yakub anak Ishak dan menyingkirkan saudara kembar tuanya Esau. Pihak Kristen disini memperikan alasan bahwa pembatalan perjanjian tersebut karena Esau dikatakan ‘tidak menghargai’ perjanjian tersebut. Dalam Kej 25 dan 27 digambarkan hak tersebut dicabut dari Esau justru karena dia ditipu 2 kali oleh Yakub. Dengan giringan tersebut maka lengkaplah dasar ‘konstitusional’ dari anak keturunan Yakub untuk memonopoli tanah Kanaan dan kebenaran ajaran Ibrahim.
Berbeda dengan perjanjian sebelumnya, perjanjian ‘jilid 2’ ini dikukuhkan dengan tanda yang lain, yaitu ‘sunat’ :
17:9 Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.
17:10 Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat;
17:11 haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu.
Sunat dengan prosedur yang jelas, menyebutkan mana bagian yang harus dipotong, siapa saja yang harus disunat, umur berapa harus disunat dan apa konsekuensinya kalau tidak disunat :
17:12 Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu.
17:13 Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal.
17:14 Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku."
Isi perjanjian ‘jilid 2’ ini ternyata banyak menimbulkan pertanyaan :
1. Kewajiban sunat yang ditujukan pada ‘kamu dan keturunanmu, berada diantara kamu’ menjadi kontradiksi dengan pengecualian kepada Ismail, apakah Ismail termasuk atau tidak..?? disini kelihatan tuhan tidak cermat dalam membuat perjanjian, dan ternyata Ismail ‘katut’ disunat juga (Kej 17:23, dan Kej 17:25), para netters Kristen berdalih bahwa ketika sunat tersebut dilakukan kebetulan Ismail berada dalam rumah, maka sesuai perjanjian harus ikut disunat sekalipun tidak termasuk dalam perjanjian, artinya disini memakai satu ayat dan membuang/mengabaikan ayat yang lain, padahal dua-duanya berasal dari Tuhan.
2. Memasukkan ‘dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu, orang yang engkau beli dengan uang’ kedalam perjanjian. Apakah artinya mereka dan keturunan mereka juga termasuk keluarga Ibrahim dan diberi hak atas tanah Kanaan..?? Menurut penafsiran salah seorang netters Kristen, para orang yang dibeli tersebut tidak punya hak, mereka disunat karena kebetulan berada dalam rumah Ibrahim dan menjadi ‘property’nya. Penafsiran ini juga terlihat berbenturan dengan janji Tuhan yang ada pada Kej 17:7 yang sama sekali tidak menyentuh adanya orang diluar Ibrahim dan keturunannya. (harap diingat dalam perjanjian jilid 2 tersebut sudah jelas disebut adanya hak dan kewajiban kedua-belah pihak).
3. Penyebutan ketentuan waktu disunat umur 8 hari juga menimbulkan masalah, apakah sunat bagi si bocah merupakan tanda perjanjian antara dia sendiri dengan Tuhan, atau antara orang-tuanya dengan Tuhan, mengingat si bocah masih belum mengerti mengapa ‘burungnya’ dipotong. Bagaimana kalau ternyata si bocah setelah besar dan mengerti tidak mau ikut perjanjian..?? (seperti kasus Esau). Ada pendapat menarik dari netters Kristen disini yang menyatakan itu adalah tanda perjanjian antara orang-tuanya dengan Tuhan. Disini juga muncul pertanyaan : bagaimana halnya dengan orang-tua yang tidak punya anak laki-laki..?? apakah perjanjian tersebut bisa dilakukan tanpa tanda yang sudah disyaratkan..?? ada yang menjawab bahwa bagi keluarga yang tidak punya anak laki-laki yaa tidak perlu adanya tanda sunat, maka syarat perjanjian tersebut lagi-lagi tidak terpenuhi (ingat dengan adanya hak dan kewajiban kedua-belah pihak yang tertulis secara jelas).
‘Komplikasi’ tersebut menunjukkan adanya keanehan tentang perjanjian tersebut yang dinyatakan sebagai Firman Tuhan, tidak mungkin Tuhan akan mengeluarkan hal yang membingungkan dan saling’ tembak-menembak’ diantara kata-kata-Nya sendiri.
Cerita tentang perjanjian ini ternyata juga tidak ‘nyambung’ dengan cerita selanjutnya :
18:10 Dan firman-Nya: "Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki." Dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang di belakang-Nya.
18:11 Adapun Abraham dan Sara telah tua dan lanjut umurnya dan Sara telah mati haid.
18:12 Jadi tertawalah Sara dalam hatinya, katanya: "Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?"
Ternyata Sarai tidak tahu tentang firman Tuhan sebelumnya yang menginformasikan dia akan mempunyai anak yang dinamai Ishak (Kej 17:19), apakah Firman Tuhan tersebut ditujukan hanya kepada Ibrahim dan beliau tidak memberitahukannya kepada istrinya..??
18:17 Berpikirlah TUHAN: "Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?
18:18 Bukankah sesungguhnya Abraham akan menjadi bangsa yang besar serta berkuasa, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat?
18:19 Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya."
Melalui kalimat yang ‘lucu’ karena digambarkan Tuhan terlihat bimbang dan berpikir, kita diinformasikan bahwa ternyata Ibrahim-pun juga merasa heran ketika diberitahu bahwa istrinya Sarai akan melahirkan anak dihari tuanya. Kesan yang muncul sekitar perjanjian jilid 2 ini adalah cerita tersebut dikarang belakangan dan disisipkan. Seandainya Kej 17 kita hapus semuanya, maka cerita antara Kej 15, 16 dan 18 terlihat ‘masih agak nyambung’.
Maka marilah kita mencoba meneliti sumber informasinya. Kitab Kejadian terdapat dalam Perjanjian Lama khususnya dalam 5 Kitab Musa (pentateuch) atau yang biasa disebut Taurat yang pada mulanya dipercayai ditulis nabi Musa AS. Namun perkembangan selanjutnya, bahkan pihak ahli Alkitabpun tidak lagi mempercayai ini, sekalipun dalam 5 kitab tersebut dinyatakan memang ada yang berasal dari ajaran nabi Musa. Saya tidak perlu menceritakan hal ini panjang lebar karena ini sudah banyak disampaikan orang, saya hanya mengambil intinya saja bahwa : Kitab Kejadian merupakan tulisan dari kaum Yahudi jauh setelah jaman Musa dan sekalipun banyak juga bersumber dari ajaran nabi tersebut, namun banyak juga berasal dari karangan para Rabi yang tentu saja dipangaruhi situasi sosial politik yang ada ketika karangan tersebut dibuat, termasuk kelakuan-kelakuan para pemuka agamanya. Mengenai karakter umat Yahudi yang akan ada sesudah kematiannya, nabi Musa sudah meramalkan :
31:26 "Ambillah kitab Taurat ini dan letakkanlah di samping tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, supaya menjadi saksi di situ terhadap engkau.
31:27 Sebab aku mengenal kedegilan dan tegar tengkukmu. Sedangkan sekarang, selagi aku hidup bersama-sama dengan kamu, kamu sudah menunjukkan kedegilanmu terhadap TUHAN, terlebih lagi nanti sesudah aku mati.
31:29 Sebab aku tahu, bahwa sesudah aku mati, kamu akan berlaku sangat busuk dan akan menyimpang dari jalan yang telah kuperintahkan kepadamu. Sebab itu di kemudian hari malapetaka akan menimpa kamu, apabila kamu berbuat yang jahat di mata TUHAN, dan menimbulkan sakit hati-Nya dengan perbuatan tanganmu."
Ramalan nabi Musa terhadap umatnya tersebut jelas terkait dengan kekhawatiran beliau terhadap Taurat. Disini kita bisa bertanya : Siapakah yang sebenarnya akan mengambil keuntungan besar dengan adanya perjanjian ‘jilid 2’ ini..?? jawaban yang lugas tentulah YAHUDI..!!. Cerita soal perjanjian jilid 2 tersebut kelihatannya sengaja dikarang untuk ‘melegalisir’ monopoli Yahudi terhadap kebenaran ajaran Ibrahim melalui perjanjiannya dengan Tuhan, namun disajikan dengan kurang cermat sehingga menimbulkan kesan tambal-sulam. Dan ini pada awalnya justru menyulitkan para pengikut Yesus Non-Yahudi. Dalam Kisah Para Rasul kita bisa melihat serangan ‘Yahudi-sunat’ ini kepada pengikut Yesus tentang monopoli kebenaran berdasarkan Taurat (Yesus menyatakan bahwa keberadaan beliau bukan untuk melenyapkan ataupun merubah hukum Taurat, dan memastikan tidak satu iota-pun dari Taurat yang akan hilang) :
15:1 Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: "Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan."
Ini menunjukan Yahudi ‘memperalat’ sunat untuk menunjukkan monopolinya terhadap ajaran Taurat dan secara gamblang menyatakan bahwa tidak ada keselamatan diluar Yahudi yang sudah menggenggam hak monopoli perjanjian Tuhan dengan Ibrahim. Paulus sebagai orang yang sedang giat-giatnya mempromosikan ajaran Kristen terhadap Non-Yahudi tentu saja merasa terhambat dan terhalangi dengan adanya pernyataan ini. ‘Target market’ Paulus adalah orang Yunani dan Romawi yang dari sononya memang ‘takut’ disunat, dan pernyataan Yahudi ini akan bisa membuat ajaran yang disodorkannya tidak laku dan tidak dibeli orang, Paulus bakalan bangkrut.., maka kemudian dia mengeluarkan penafsirannya tentang sunat, diantaranya ada pada Roma 5. Intinya dia menyatakan bahwa keselamatan bukan ditentukan oleh sunat atau tidak sunat (ini sebenarnya banyak kemiripan dengan ajaran Islam) namun penafsiran selanjutnya terlihat mengarah menjadikan Yesus sebagai penyelamat, dengan dasar argumentasi yang rumit mengaitkan antara ‘iman kepada Yesus dengan nilai suatu perbuatan’ (anda bisa menyimak postingan sdr. Amor yang dengan sangat baik menyampaikan ‘pelintiran’ Paulus soal iman dan perbuatan terkait dengan sunat Ibrahim ini http://forum.swaramuslim.net/threads.php?id=3734_45_25_0
‘Titik ekstrim’ Yahudi yang menyatakan keselamatan terkait dengan pelaksanaan hukum Taurat dibalas dengan ‘titik ekstrim’ lainnya dari Paulus yang menyatakan keselamatan tergantung iman kepada Yesus. Saking berapi-apinya Paulus menyampaikan ancaman ini :
5:2 Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu.
5:3 Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.
5:4 Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.
Ini terlihat sebagai suatu ajaran yang kebablasan dan menyulitkan penganut Kristen dijaman modern ini, dimana perkembangan ilmu pengetahuan ternyata memberikan bukti sunat sangat baik bagi kesehatan, maka ini menjadi buah simalakama bagi umat Kristen yang ingin bersunat dengan alasan kesehatan karena takut ‘kualat’ seperti yang diancam oleh Paulus.
Pada waktu itu bantahan-bantahan Paulus memang banyak ditujukan kepada ajaran Yahudi karena memang Islam belum muncul. Ketika ajaran Islam mulai diajarkan oleh nabi Muhammad SAW dan isinya banyak mengkoreksi, baik ajaran Yahudi maupun Kristen, maka ‘moncong senjata’ dialihkan. Yahudi dan Kristen yang tadinya ‘gontok-gontokan’ seakan-akan mempunyai musuh bersama yang membuat mereka terlihat kompak kembali. Dan yang lebih hebatnya urusan sunat yang tadinya menjadi ‘senjata andalan’ Yahudi dalam menghadapi Kristen justru banyak dijadikan umat Kristen untuk menyerang Islam. Perjanjian ‘jilid 2’ yang menyingkirkan Ismail yang dalam ajaran Islam merupakan nenek moyang kaum Quraisy, sukunya nabi Muhammad SAW, dipakai untuk menyatakan bahwa ajaran Islam ‘tidak punya tempat’ dalam sejarah perkembangan ajaran Tuhan. Kristen disatu sisi menentang sunatnya dilain pihak mengakui perjanjiannya, dan agar mereka bisa dalam posisi aman dalam kasus ini, maka ajaran Paulus soal sunat dipakai dengan penafsiran penuh ‘akrobat’.
Bahan : dari berbagai sumber..
sumber :http://forum.swaramuslim.net/more.php?id=4246_0_21_0_M
Soal ritual sunat dalam setiap diskusi Islam – Kristen sering dimunculkan orang, umumnya kaum Muslim mempertanyakan mengapa ajaran Kristen tidak lagi mementingkan sunat sebagaimana yang diajarkan dalam Perjanjian Lama, sebagai suatu tanda perjanjian antara Tuhan dengan nabi Ibrahim dan keturunannya sampai kepada Yesus Kristus, dan sebagai pengikut Yesus, umat Kristen seharusnya juga menjalankannya. Sebaliknya sanggahan yang umum juga dijawab oleh Kristen adalah sunat tersebut hanya diwajibkan bagi Ibrahim dan keturunannya (yang kemudian dipersempit lagi menjadi kaum Yahudi sesuai alkitab Perjanjian Lama), sedangkan mereka sebagai orang non-Yahudi tidak terkena kewajiban tersebut, ini juga berdasarkan alkitab Perjanjian Baru, sesuai dengan ajaran yang disampaikan Paulus.
Kisah tentang asal-muasal kewajiban sunat bersumber dari Kitab Kejadian pada Alkitab Perjanjian Lama (PL) yaitu ketika menceritakan kisah keluarga nabi Ibrahim. Dalam kronologis ceritanya, dimulai kitab Kejadian 12 ketika Tuhan berfirman menyuruh Ibrahim (ketika itu masih bernama Abram) untuk pergi dari negerinya kesuatu tempat yang akan ditunjuk Tuhan, disitu Tuhan sudah mulai memberikan janji kepada Ibrahim :
12:2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.
12:7 Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu."
Berdasarkan dari apa yang dijanjikan Tuhan tersebut, kita bisa melihat kata ‘bangsa’ dan ‘negeri’, ini bisa diartikan ‘kekuasaan untuk memerintah’ atau bisa juga diartikan ‘dominasi untuk mendiami suatu wilayah’, jadi Tuhan telah menjanjikan Ibrahim bahwa kelak dia dan anak keturunannya akan berdiam dalam suatu wilayah, berkuasa, mempunyai kesempatan mencari nafkah dengan mengelola wilayah tersebut. Namun terlihat ini masih merupakan janji ‘sepihak’ dan belum berbentuk perjanjian.
Dalam Kej 13 sekali lagi Tuhan menyatakan janji kepada Ibrahim :
13:14 Setelah Lot berpisah dari pada Abram, berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan,
13:15 sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya.
13:16 Dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, sehingga, jika seandainya ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmupun akan dapat dihitung juga.
13:17 Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu."
Disini janji Tuhan mulai lebih terperinci :
1. Wilayah tersebut terbentang ‘sejauh mata memandang’ dari posisi Ibrahim pada waktu itu (tanah Kanaan –Kej 13:12)
2. Jumlah keturunan Ibrahim ‘seperti debu tanah banyaknya’.
3. Wilayah tersebut merupakan wilayah yang dijalani (disinggahi) oleh Ibrahim.
Namun sampai disini kita masih bisa menyebutnya sebagai ‘janji sepihak’ dan belum berupa perjanjian.
Perjanjian antara Tuhan dengan Ibrahim baru disebut secara jelas pada Kej 15, setelah Tuhan memerintahkan Ibrahim untuk menyampaikan beberapa korban dan menjelaskan nasib yang akan diterima anak keturunan Ibrahim kelak, lalu dibuatlah perjanjian :
15:18 Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: "Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat:
15:19 yakni tanah orang Keni, orang Kenas, orang Kadmon,
15:20 orang Het, orang Feris, orang Refaim,
15:21 orang Amori, orang Kanaan, orang Girgasi dan orang Yebus itu."
Jadi perjanjian antara Ibrahim dengan Tuhannya adalah dengan tanda perjanjian berupa pengorbanan binatang lembu, kambing, domba dan burung (Kej 15:9)
Sampai disini kronologis ceritanya sangat runtut dan logis. ‘Kekacauan’ alur cerita terjadi pada kisah selanjutnya. Setelah diselingi kisah keluarga Ibrahim, yaitu antara istrinya Sarai dan budak perempuannya Hagar pada Kej 16, cerita soal perjanjian antara Tuhan dengan Ibrahim muncul lagi pada Kej 17 :
17:2 Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak."
Rupanya Tuhan merasa perlu untuk mengulang perjanjian yang sudah diadakan sebelumnya, dalam perjanjian ‘jilid 2’ ini tercantum ‘hak dan kewajiban’ kedua-belah pihak :
17:4 "Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.
17:6 Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja.
17:7 Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu.
17:8 Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka."
Hak dan kewajiban Tuhan kelihatannya banyak mengulang kembali dari apa yang terdapat pada perjanjian ‘jilid 1’, cuma disini terlihat ada yang ‘menyempal’ yaitu ayat 17:8, yang menyebut khusus tanah Kanaan, berbeda dengan perjanjian sebelumnya yang menyebut wilayah yang lebih luas. Mengapa terjadi perubahan..??, kita bisa melihat cerita ini :
17:18 Dan Abraham berkata kepada Allah: "Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!"
17:19 Tetapi Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya.
17:20 Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar.
17:21 Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga."
Ooo..ini rupanya menyangkut Ismail dan Ishak, terlihat jelas adanya ‘penggiringan’ cerita untuk mengeluarkan Ismail dari perjanjian ‘jilid 1’ dengan membuat perjanjian ‘jilid 2’, dan ini terkait dengan penguasaan tanah Kanaan tempat dimana mayoritas bangsa Yahudi berdiam. Ini diperkuat lagi dengan adanya ayat lain pada Keluaran:
2:24 Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub.
Setelah menggiring hak perjanjian tersebut kepada Ishak dan menyingkirkan Ismail, maka ‘giringan’ selanjutnya adalah kepada Yakub anak Ishak dan menyingkirkan saudara kembar tuanya Esau. Pihak Kristen disini memperikan alasan bahwa pembatalan perjanjian tersebut karena Esau dikatakan ‘tidak menghargai’ perjanjian tersebut. Dalam Kej 25 dan 27 digambarkan hak tersebut dicabut dari Esau justru karena dia ditipu 2 kali oleh Yakub. Dengan giringan tersebut maka lengkaplah dasar ‘konstitusional’ dari anak keturunan Yakub untuk memonopoli tanah Kanaan dan kebenaran ajaran Ibrahim.
Berbeda dengan perjanjian sebelumnya, perjanjian ‘jilid 2’ ini dikukuhkan dengan tanda yang lain, yaitu ‘sunat’ :
17:9 Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.
17:10 Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat;
17:11 haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu.
Sunat dengan prosedur yang jelas, menyebutkan mana bagian yang harus dipotong, siapa saja yang harus disunat, umur berapa harus disunat dan apa konsekuensinya kalau tidak disunat :
17:12 Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu.
17:13 Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal.
17:14 Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku."
Isi perjanjian ‘jilid 2’ ini ternyata banyak menimbulkan pertanyaan :
1. Kewajiban sunat yang ditujukan pada ‘kamu dan keturunanmu, berada diantara kamu’ menjadi kontradiksi dengan pengecualian kepada Ismail, apakah Ismail termasuk atau tidak..?? disini kelihatan tuhan tidak cermat dalam membuat perjanjian, dan ternyata Ismail ‘katut’ disunat juga (Kej 17:23, dan Kej 17:25), para netters Kristen berdalih bahwa ketika sunat tersebut dilakukan kebetulan Ismail berada dalam rumah, maka sesuai perjanjian harus ikut disunat sekalipun tidak termasuk dalam perjanjian, artinya disini memakai satu ayat dan membuang/mengabaikan ayat yang lain, padahal dua-duanya berasal dari Tuhan.
2. Memasukkan ‘dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu, orang yang engkau beli dengan uang’ kedalam perjanjian. Apakah artinya mereka dan keturunan mereka juga termasuk keluarga Ibrahim dan diberi hak atas tanah Kanaan..?? Menurut penafsiran salah seorang netters Kristen, para orang yang dibeli tersebut tidak punya hak, mereka disunat karena kebetulan berada dalam rumah Ibrahim dan menjadi ‘property’nya. Penafsiran ini juga terlihat berbenturan dengan janji Tuhan yang ada pada Kej 17:7 yang sama sekali tidak menyentuh adanya orang diluar Ibrahim dan keturunannya. (harap diingat dalam perjanjian jilid 2 tersebut sudah jelas disebut adanya hak dan kewajiban kedua-belah pihak).
3. Penyebutan ketentuan waktu disunat umur 8 hari juga menimbulkan masalah, apakah sunat bagi si bocah merupakan tanda perjanjian antara dia sendiri dengan Tuhan, atau antara orang-tuanya dengan Tuhan, mengingat si bocah masih belum mengerti mengapa ‘burungnya’ dipotong. Bagaimana kalau ternyata si bocah setelah besar dan mengerti tidak mau ikut perjanjian..?? (seperti kasus Esau). Ada pendapat menarik dari netters Kristen disini yang menyatakan itu adalah tanda perjanjian antara orang-tuanya dengan Tuhan. Disini juga muncul pertanyaan : bagaimana halnya dengan orang-tua yang tidak punya anak laki-laki..?? apakah perjanjian tersebut bisa dilakukan tanpa tanda yang sudah disyaratkan..?? ada yang menjawab bahwa bagi keluarga yang tidak punya anak laki-laki yaa tidak perlu adanya tanda sunat, maka syarat perjanjian tersebut lagi-lagi tidak terpenuhi (ingat dengan adanya hak dan kewajiban kedua-belah pihak yang tertulis secara jelas).
‘Komplikasi’ tersebut menunjukkan adanya keanehan tentang perjanjian tersebut yang dinyatakan sebagai Firman Tuhan, tidak mungkin Tuhan akan mengeluarkan hal yang membingungkan dan saling’ tembak-menembak’ diantara kata-kata-Nya sendiri.
Cerita tentang perjanjian ini ternyata juga tidak ‘nyambung’ dengan cerita selanjutnya :
18:10 Dan firman-Nya: "Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki." Dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang di belakang-Nya.
18:11 Adapun Abraham dan Sara telah tua dan lanjut umurnya dan Sara telah mati haid.
18:12 Jadi tertawalah Sara dalam hatinya, katanya: "Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?"
Ternyata Sarai tidak tahu tentang firman Tuhan sebelumnya yang menginformasikan dia akan mempunyai anak yang dinamai Ishak (Kej 17:19), apakah Firman Tuhan tersebut ditujukan hanya kepada Ibrahim dan beliau tidak memberitahukannya kepada istrinya..??
18:17 Berpikirlah TUHAN: "Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?
18:18 Bukankah sesungguhnya Abraham akan menjadi bangsa yang besar serta berkuasa, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat?
18:19 Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya."
Melalui kalimat yang ‘lucu’ karena digambarkan Tuhan terlihat bimbang dan berpikir, kita diinformasikan bahwa ternyata Ibrahim-pun juga merasa heran ketika diberitahu bahwa istrinya Sarai akan melahirkan anak dihari tuanya. Kesan yang muncul sekitar perjanjian jilid 2 ini adalah cerita tersebut dikarang belakangan dan disisipkan. Seandainya Kej 17 kita hapus semuanya, maka cerita antara Kej 15, 16 dan 18 terlihat ‘masih agak nyambung’.
Maka marilah kita mencoba meneliti sumber informasinya. Kitab Kejadian terdapat dalam Perjanjian Lama khususnya dalam 5 Kitab Musa (pentateuch) atau yang biasa disebut Taurat yang pada mulanya dipercayai ditulis nabi Musa AS. Namun perkembangan selanjutnya, bahkan pihak ahli Alkitabpun tidak lagi mempercayai ini, sekalipun dalam 5 kitab tersebut dinyatakan memang ada yang berasal dari ajaran nabi Musa. Saya tidak perlu menceritakan hal ini panjang lebar karena ini sudah banyak disampaikan orang, saya hanya mengambil intinya saja bahwa : Kitab Kejadian merupakan tulisan dari kaum Yahudi jauh setelah jaman Musa dan sekalipun banyak juga bersumber dari ajaran nabi tersebut, namun banyak juga berasal dari karangan para Rabi yang tentu saja dipangaruhi situasi sosial politik yang ada ketika karangan tersebut dibuat, termasuk kelakuan-kelakuan para pemuka agamanya. Mengenai karakter umat Yahudi yang akan ada sesudah kematiannya, nabi Musa sudah meramalkan :
31:26 "Ambillah kitab Taurat ini dan letakkanlah di samping tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, supaya menjadi saksi di situ terhadap engkau.
31:27 Sebab aku mengenal kedegilan dan tegar tengkukmu. Sedangkan sekarang, selagi aku hidup bersama-sama dengan kamu, kamu sudah menunjukkan kedegilanmu terhadap TUHAN, terlebih lagi nanti sesudah aku mati.
31:29 Sebab aku tahu, bahwa sesudah aku mati, kamu akan berlaku sangat busuk dan akan menyimpang dari jalan yang telah kuperintahkan kepadamu. Sebab itu di kemudian hari malapetaka akan menimpa kamu, apabila kamu berbuat yang jahat di mata TUHAN, dan menimbulkan sakit hati-Nya dengan perbuatan tanganmu."
Ramalan nabi Musa terhadap umatnya tersebut jelas terkait dengan kekhawatiran beliau terhadap Taurat. Disini kita bisa bertanya : Siapakah yang sebenarnya akan mengambil keuntungan besar dengan adanya perjanjian ‘jilid 2’ ini..?? jawaban yang lugas tentulah YAHUDI..!!. Cerita soal perjanjian jilid 2 tersebut kelihatannya sengaja dikarang untuk ‘melegalisir’ monopoli Yahudi terhadap kebenaran ajaran Ibrahim melalui perjanjiannya dengan Tuhan, namun disajikan dengan kurang cermat sehingga menimbulkan kesan tambal-sulam. Dan ini pada awalnya justru menyulitkan para pengikut Yesus Non-Yahudi. Dalam Kisah Para Rasul kita bisa melihat serangan ‘Yahudi-sunat’ ini kepada pengikut Yesus tentang monopoli kebenaran berdasarkan Taurat (Yesus menyatakan bahwa keberadaan beliau bukan untuk melenyapkan ataupun merubah hukum Taurat, dan memastikan tidak satu iota-pun dari Taurat yang akan hilang) :
15:1 Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: "Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan."
Ini menunjukan Yahudi ‘memperalat’ sunat untuk menunjukkan monopolinya terhadap ajaran Taurat dan secara gamblang menyatakan bahwa tidak ada keselamatan diluar Yahudi yang sudah menggenggam hak monopoli perjanjian Tuhan dengan Ibrahim. Paulus sebagai orang yang sedang giat-giatnya mempromosikan ajaran Kristen terhadap Non-Yahudi tentu saja merasa terhambat dan terhalangi dengan adanya pernyataan ini. ‘Target market’ Paulus adalah orang Yunani dan Romawi yang dari sononya memang ‘takut’ disunat, dan pernyataan Yahudi ini akan bisa membuat ajaran yang disodorkannya tidak laku dan tidak dibeli orang, Paulus bakalan bangkrut.., maka kemudian dia mengeluarkan penafsirannya tentang sunat, diantaranya ada pada Roma 5. Intinya dia menyatakan bahwa keselamatan bukan ditentukan oleh sunat atau tidak sunat (ini sebenarnya banyak kemiripan dengan ajaran Islam) namun penafsiran selanjutnya terlihat mengarah menjadikan Yesus sebagai penyelamat, dengan dasar argumentasi yang rumit mengaitkan antara ‘iman kepada Yesus dengan nilai suatu perbuatan’ (anda bisa menyimak postingan sdr. Amor yang dengan sangat baik menyampaikan ‘pelintiran’ Paulus soal iman dan perbuatan terkait dengan sunat Ibrahim ini http://forum.swaramuslim.net/threads.php?id=3734_45_25_0
‘Titik ekstrim’ Yahudi yang menyatakan keselamatan terkait dengan pelaksanaan hukum Taurat dibalas dengan ‘titik ekstrim’ lainnya dari Paulus yang menyatakan keselamatan tergantung iman kepada Yesus. Saking berapi-apinya Paulus menyampaikan ancaman ini :
5:2 Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu.
5:3 Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.
5:4 Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.
Ini terlihat sebagai suatu ajaran yang kebablasan dan menyulitkan penganut Kristen dijaman modern ini, dimana perkembangan ilmu pengetahuan ternyata memberikan bukti sunat sangat baik bagi kesehatan, maka ini menjadi buah simalakama bagi umat Kristen yang ingin bersunat dengan alasan kesehatan karena takut ‘kualat’ seperti yang diancam oleh Paulus.
Pada waktu itu bantahan-bantahan Paulus memang banyak ditujukan kepada ajaran Yahudi karena memang Islam belum muncul. Ketika ajaran Islam mulai diajarkan oleh nabi Muhammad SAW dan isinya banyak mengkoreksi, baik ajaran Yahudi maupun Kristen, maka ‘moncong senjata’ dialihkan. Yahudi dan Kristen yang tadinya ‘gontok-gontokan’ seakan-akan mempunyai musuh bersama yang membuat mereka terlihat kompak kembali. Dan yang lebih hebatnya urusan sunat yang tadinya menjadi ‘senjata andalan’ Yahudi dalam menghadapi Kristen justru banyak dijadikan umat Kristen untuk menyerang Islam. Perjanjian ‘jilid 2’ yang menyingkirkan Ismail yang dalam ajaran Islam merupakan nenek moyang kaum Quraisy, sukunya nabi Muhammad SAW, dipakai untuk menyatakan bahwa ajaran Islam ‘tidak punya tempat’ dalam sejarah perkembangan ajaran Tuhan. Kristen disatu sisi menentang sunatnya dilain pihak mengakui perjanjiannya, dan agar mereka bisa dalam posisi aman dalam kasus ini, maka ajaran Paulus soal sunat dipakai dengan penafsiran penuh ‘akrobat’.
Bahan : dari berbagai sumber..
sumber :http://forum.swaramuslim.net/more.php?id=4246_0_21_0_M
Langganan:
Postingan (Atom)
Gratis Download Ebook,Mp3 dan Software Islam's Fan Box
Gratis Download Ebook,Mp3 dan Software Islam on Facebook
