The History of The Qur’anic Text hal 253 - 263
Di langit, Tuhan dan para malaikat belajar Taurat persis, seperti para rabi (pemimpin agama Yahudi) mempelajarinya di bumi. Tuhan mengenakan jubah layaknya seorang Yahudi dan bersembahyang menurut cara para rabi. Dia melakukan tindakan-tindakan kasih sayang yang dianjurkan etika Yahudi. Dia mengatur urusan-urusan dunia sesuai dengan aturanaturan Taurat, persis seperti yang dilakukan seorang rabi di pengadilannya. Satu tafsir legenda penciptaan mengajarkan bahwa Tuhan mengkaji Taurat dahulu dan kemudian menciptakan dunia darinya. 1
Adalah suatu kebiasaan bahwa bila seseorang membangun suatu istana, dia tidak membangunnya menurut kebijakannya sendiri, tapi menurut kebijakan seorang ahli. Seorang ahli tidak membangun menurut kebijakannya sendiri, melainkan dia mempunyai rancangan-rancangan dan catatan-catatan untuk mengetahui bagaimana membuat kamar-kamar dan koridor-koridor. Zat yang mahasuci, juga melakukan hal yang sama. Dia meneliti Taurat dahulu baru menciptakan dunia.2
1. Sejarah Perjanjian Lama
Bab yang sebelumnya telah memberikan pandangan sekilas tentang kondisi historis yang secara gamblang sangat meyakinkan tidak mungkin terpeliharanya PL (dari berbagai macam perusakan dan penggelapan), dan dalam bagian ini saya akan memaparkan sejarah teks itu sendiri. Penukilan-penukilan teks yang cukup banyak dan panjang yang saya lakukan baik di sini maupun di bab-bab yang lain adalah murni dari pihak-pihak Judeo-Kristen sendiri. Tidak seperti keyakinan yang kedaluwarsa bahwasanya orang-orang Timur tidak dapat merepresentasikan diri dan harus diwakili, saya akan biarkan para ilmuwan ini untuk merepresentasikan diri mereka sendiri dan menyatakan pernyataan mereka sendiri sebelum saya menyuguhkan argumen-argumen saya mengenai pendapat-pendapat mereka.
Dalam bahasa Ibrani PL (Perjanjian Lama) terdiri dari tiga bagian: Pentateuch (lima buku pertama dari PL), Nabi-nabi, dan Tulisan-tulisan, yang dianggap Bangsa Yahudi sebagai dua puluh empat buku. Teks PL yang berbahasa Ibrani dikenal sebagai Teks Massoreti (Massoretic Text-MT).3
i. Sejarah Taurat Menurut Sumber-Sumber Yahudi
a) Musa Menyampaikan Taurat Kepada Imam-Imam Lewi yang Meletakkannya di Sarnping Peti
9 - Dan Musa menuliskan hukum Tuhan, dan memberikannya kepada imam-imam Lewi yang ditugaskan untuk mengurus Pen Perjanjian Tuhan, dan kepada para pemimpin Israel.
10 - Dan Musa memerintahkan kepada mereka, “Pada akhir tiap tahun .
ketujuh, dalam tahun penghapusan utang, pada pesta Pondok Daun,
11 - Ketika orang-orang Israel datang menyembah Tuhanmu di tempat yang dipilih-Nya, kamu harus membacakan hukum-hukum ini di depan mereka semua.
12 - Suruhlah semua orang laki-laki, perempuan dan anak-anak serta orang asing yang tinggal di kota-kotamu berkumpul untuk mendengar pem-bacaan itu, supaya mereka belajar menghormati dan takut kepada Tuhan-mu serta setia menaati perintah-perintah-Nya.”4
24 - Lalu Musa menuliskan hukum Tuhan dalam sebuah buku. la menuliskannya dengan teliti dari awal sampai akhir.
25 - Ketika selesai, ia berkata kepada para imam Lewi yang ditugaskun untuk mengurus Peti perjanjian,
26 - “Ambillah buku hukum ini, dan taruhlah di sebelah Peti Perjanjian Tuhanmu, supaya tetap ada di situ sebagai kesaksian terhadap kamu.
27 - Karena saya tahu kamu pendurhaka, pemberontak dan keras kepala, Lihatlah, selagi saya masih hidup pun kamu berontak melawan Tuhan; apalagi nanti setelah saya mati!
29 - Karena saya tahu bahwa setelah saya mati, kamu akan sepenuhnya menjadi jahat dan menolak apa yang sudah saya perintahkan kepadamu; dan kelak bencana akan menimpamu; karena kamu berbuat jahat di mata Tuhan, membuat-Nya marah dengan melakukan apa yang dilarangNya.”5
b) Taurat Hilang dan Ditemukan Kembali
Membuktikan eksistensi Taurat dan penggunaannya pada masa Rumah Tuhan yang Pertama adalah sangat sulit. Aaron Demsky berkata:
Ciri lain tentang tahun sabbat adalah pembacaan Taurat secara publik sewaktu hari raya Booth …, yang mengakhiri tahun itu (Ulangan 31: 1013). Tidak terdapat bukti tekstual yang memperlihatkan perayaan tahuntahun sabbat dan jubilee pada masa Rumah Tuhan yang Pertama. Pada kenyataannya, pengarang Tawarikh… menyatakan bahwa 70 tahun sabbat dari penaklukan Kanaan oleh bangsa Israel sampai runtuhnya Rumah Tuhan tidak pernah ditaati.6
Menurut dokumen Damsyik (yang tujuh kopi darinya ditemukan dalam Kertas Gulungan Laut Matt -the Dead Sea Scrolls) Tuhan memberikan Taurat kepada Musa secara keseluruhan dalam bentuk tertulis. Bagaimanapun juga, tulisan-tulisan ini disegel dalam Peti selama kira-kira lima abad, dan oleh karenanya tidak dikenal orang banyak. Membincangkan masalah hubungan perzinaan David dengan Bathsheba7 dan kenapa dia tak dihukum mati, dokumen Damsyik menjawab, “Buku-buku Hukum telah disegel dalam Pen semenjak masa Yosua (± 1200 S.M.) sampai masa Raja Yosia dari Yehuda (abad ketujuh S.M.), ketika buku-buku tersebut ditemukan kembali dan dipublikasikan (lihat 2 Raja-raja 22).”8 Artinya, bahwa David dan para rabbi yang sezamannya sepenuhnya tak tahu apa yang tertulis dalam Taurat.
Masalah apakah dulunya Taurat diletakkan di dalam Peti (the Ark) atau hanya di sampingnya, sangatlah pelik dan membingungkan. Peti itu sendiri hilang selama tujuh bulan sewaktu terjadi invasi Palestina (± 1050-1020 S.M.); pada saat ditemukan kembali, 50.070 orang Israel dari kota Bet-Semes dimusnahkan Tuhan karena berani coba-coba menengok di dalam Peti.9 Tatkala Raja Salomon memerintahkan agar Peti diipindahkan ke Rumah Tuhan yang Pertama, 1 Raja-raja 8: 9 memberitahukan kita bahwa di dalamnya tak ada satu pun kecuali dua tablet (lempengan batu) yang dibawa Musa dari Sinai-tidak seluruh Hukum Tuhan. Bahkan seandainya Taurat disimpan terpisah dari Peti, itu pun tampaknya Taurat juga telah hilang seluruhnya dari kehidupan bangsa Yahudi selama berabad-abad. Tujuh puluh tahun sabbat (lima abad), jika tidak malah lebih, berlalu tanpa ada pembacaan Hukum Tuhan secara publik, yang berpuncak pada pengenalan tuhan-tuhan asing dan ritus-ritus pagan kepada rakyat Israel. Tentu hal ini merupakan indikasi jelas bahwa Taurat sejak itu telah terhapus dari memori kolektif bangsa ini. Baru sampai tahun kedelapan belas dari pemerintahan Raja Yosia (640-609 S.M.) Taurat ini `secara ajaib ditemukan kembali,10 bertepatan dengan pembaruan menyeluruh yang dicanangkan Yosia melawan praktik kurban anak dan ritual-ritual pagan yang lain. Namun Taurat masih tidak dipergunakan secara umum untuk waktu dua abad lagi paling tidak. Tampaknya Taurat ini menghilang dari kesadaran orangorang Yahudi secara tiba-tiba persis seperti kemunculannya. Ada bukti yang bagus untuk mengatakan bahwa pembacaan dan penjelasan Hukum Tuhan pertama kali dilakukan secara publik (setelah masa Musa) hanyalah terjadi pada saat pengumumannya oleh Ezra ± 449 S.M. Perlu dicatat bahwa terdapat gap yang sangat besar yang melebihi 170 tahun antara masa ditemukannya kembali Hukum Tuhan (621 S.M.) dan masa Ezra membacakannya secara publik.11
ii. Sejarah Taurat Menurut Para Ilmuwan Modem
Barangkali akan bermanfaat memulai sebuah kerangka kronologis Kitahkitab PL berdasarkan pada kesimpulan-kesimpulan kritik Biblikal yang telah diterima secara umum. Tabel berikut ini dinukil dari C.H. Dodd, The Bible Today.12
Catatan: tahun-tahun yang diberikan di sini lebih merupakan gambaran kasar, dan agaknya cenderung bergeser ke atas dan ke bawah atas dasar berkala. Rowley telah mengkaji tren-tren yang berbeda-beda dalam penentuan tanggal kitab-kitab PL ini,13 tapi perbedaan-perbedaan semacam in] tidak banyak berpengaruh pada hasil pengkajian ini.
Abad S.M. | ||
XIII (atau lebih awal?) | Keluar dari Mesir | Tradisi lisan (hukum, legenda, puisi) yang dipelihara dalam tulisan-tulisan di kemudian hari |
XII (?) | Tinggal menetap di Palestina | |
XI | Peperangan dengan bangsa Kanaan, dll. Pendirian Monarki (Daud 1000 S.M.) | |
X | Tawarikh pengadilan bermula (digabungkan dalam kitab-kitab belakangan) | |
IX | Hukum-hukum dan tradisi-tradisi awal ditulis: koleksi Judea (`J’) dan koleksi Efraim (`E’), belakangan digabungkan dalam Kejadian -sampai Yosua. | |
VIII | Amos, Hosea, Mikha, Yesaya. (Jatuhnya Samaria, 721 S.M.) | |
VII | Reformasi Yosia, 621 S.M.: Ulangan, Yeremia, Zefania, Nahum. | |
VI | Habakuk, Hakim-hakim, Samuel, Raja-raja. (Jatuhnya Yerusalem, 586 S.M.). Yehezkiel, ‘II Yesaya’, Hagai, Zakharia. | |
V | Hukum-hukum dan riwayat-riwayat Kejadian sampai- Yosua versi Imam [Priest] (`P’) ditulis atas dasar tradisi-tradisi yang lebih awal. Maleakhi, Ayub. | |
IV | Kompilasi Kejadian-sampai-Yosua (dari `J’, `E’, `P’ dan Ulangan). | |
III | Tawarikh, Ecclesiastes. | |
II | Kitab Mazmur diselesaikan (sebagian besar dari puisi-puisi yang lebih awal). Ecclesiasticus, Daniel, dll. | |
I | Kitab Hikmah, dll. |
Koleksi dan kodifikasi hukum-hukum kuno Israel menghasilkan apa yang disebut dengan Pentateuch, atau Lima Kitabnya Musa (meliputi Kejadian sampai Ulangan); menurut C.H. Dodd kitab-kitab ini mendapatkan bentuknya yang final sekitar abad ke-empat S.M. Perbuatan-perbuatan para nabi juga diedit, dengan catatan-catatan historis yang sering kali diubah agar sesuai dengan ajaran-ajaran nabi.14
a) Sumber-Sumber Biblikal Diedit Pada Abad Ke-5 Sampai Ke-2 S.M.
William G. Dever, Profesor bidang Arkeologi Timur Dekat dan antropologi di Universitas Arizona, mengemukakan pandangan lain. Dia menyatakan bahwa sumber-sumber Biblikal diedit pada era Persia belakangan (abad ke5-ke-4 S.M.) dan Helenistik (abad ke-3-ke-2 S.M.). Dan masih ada banyak para ilmuwan lain seperti Tom Thompson dari Copenhagen, dan koleganya Niels Peter Lemche, Philip Davies dari Sheffield, “dan sejumlah pakar yang lain, baik yang berkebangsaan Amerika maupun Eropa, yang meyakini bahwa Bibel yang berbahasa Ibrani tidak hanya diedit pada periode Persia/Helenistik tapi memang ditulis pada masa itu.”15
Sementara itu Profesor Frederick Cryer dari Copenhagen, menyimpulkan bahwa Bible yang berbahasa Ibrani “tidak dapat dibuktikan memiliki kandungan-kandungan yang sekarang ini sebelum periode Helenistik.” Sebuah bangsa yang kita sebut Israel tidak menggunakan istilah itu buat diri mereka, kata dia, sebelum abad keempat S.M. Riwayat-riwayat Saul dan David, misalnya, ditulis di bawah “kemungkinan pengaruh” dari literatur Helenistik tentang Iskandar Agung. Bahwa teksteks Biblikal ini disusun begitu terlambat “secara niscaya memaksa kita untuk merendahkan estimasi kita terhadapnya sebagai sumber sejarah.”16
Niels Lemche bahkan berpendapat lebih jauh lagi, menemukan penciptaan Israel kuno pada “historiografi Jerman abad ke-19 yang memandang semua peradaban dari segi konsep negara-kebangsaan (the nation-state)-nya masing-masing.”17 Dengan demikian, menurutnya, konsep politis dan sosial sebuah Israel kuno adalah merupakan suatu ideal yang aneh dan tidak karuan, yang dilahirkan sebagai akibat dari keasyikan Eropa sendiri dengan negarakebangsaan (the nation-state) pada tahun 1800-an.18
2. Sumber-Sumber Budaya Sastra Yahudi
i. Bahasa Asli Perjanjian Lama Tidak Disebut Ibrani
Bahasa masa pra-pengasingan (pre-exilic language) yang digunakan oleh Yahudi adalah dialek Kanaan dan tidak dikenal sebagai Ibrani. Orang-orang Funisia (atau lebih tepatnya, orang-orang Kanaan) menemukan alfabet yang benar pertama kali ± 1500 S.M., berdasarkan huruf-huruf ketimbang gambargambar deskriptif. Semua alfabet yang berturut-turut seterusnya adalah berutang budi pada, dan berasal dari, pencapaian Kanaani ini.19
Dalam budaya umum, bangsa Kanaan tidaklah kalah hebat, dan tidak sedikit dari budaya Kanaan itu telah diambil alih oleh orang-orang Ibrani…. Orang-orang Ibrani bukanlah pembangun yang besar, juga bukan cerdas dalam seni dan keahlian. Akibatnya mereka dalam bidang ini, begitu juga hal-hal yang lain, harus bergantung berat pada orang-orang Kanaan. Bahasa apa pun yang digunakan orang-orang Ibrani sebelum menetap di Palestina, adalah dialek bahasa Kanaan yang kemudian menjadi bahasa rnereka setelah menetap. 20
Sebagian ilmuwan berpendapat bahwa bahasa Ibrani dan Aramaik merupakan dua dialek bahasa Kanaan.21 Pada kenyataannya tulisan-tulisan Yahudi pra-pengasingan adalah berbahasa Kanaan,22 walaupun sekarang secara salah dianggap sebagai bahasa Ibrani lama atau paleo-Ibrani. Abraham dan anakcucunya merupakan suatu marga yang terlalu kecil di Kanaan untuk dapat menciptakan bahasa mereka sendiri, dan dengan terpaksa mereka harus menggunakan bahasa Kanaan yang predominan, sangat tidak mungkin bahwa orang-orang Israel, dalam jumlah yang demikian kecil dan terpaksa menanggung penderitaan dan perbudakan di Mesir, adalah dalam posisi yang kondusif untuk menciptakan sebuah bahasa baru. Sejauh yang mungkin dilakukan hanyalah mengadopsi sebuah dialek bahasa Kanaan tertentu pada tahap tertentu, tetapi tentu saja tidak ada yang berbeda dan unik. Dan kenyataannya PL itu sendiri tidak pernah merujuk pada bahasa Yahudi sebagai bahasa Ibrani, sebagaimana yang diilustrasikan oleh dua ayat dari Yesaya 36:
11- Lalu kata Elyakim, Sebna dan Yoah kepada Rab-Syakih, “Tuan, bicara saja dalam bahasa Siria dengan budak-budakmu; karena kami memahaminya: Jangan memakai bahasa Yahudi (Jew’s language), nanti dimengerti rakyat di atas tembok kota itu.”
13- Kemudian Rab-Syakih berdiri dan berteriak dalam bahasa Yahudi, dan berkata, “Dengarlah apa yang dikatakan raja besar, raja Asyur.”
Demikianlah terjemahan dalam versi King James (King James Version), dan frasa yang sama juga ditemukan dalam versi New World Translation,23 versi Holy Bible from the Ancient Eastern Text,24 Revised Standard Version,25 dan edisi bahasa Arab. Ketiga versi yang terakhir ini mengganti `bahasa Aram’ dengan `bahasa Suriah’, tapi tak satu pun menganggap yang lain sebagai bahasa Ibrani.26 2 Raja-raja 18:26 dan 2 Tawarikh 32:18 mencatat rentetan kejadian yang sama dan menggabungkan ekspresi yang sama. Dalam bab yang lain dari Yesaya kita membaca:
Pada waktu itu bahasa Kanaan akan dipakai dalam lima kota Mesir, dan mereka akan mengangkat sumpah demi Tuhan para penjamu mereka; salah satu kota itu akan dinamakan “Kota Kehancuran”.27
Terjemahan-terjemahan di atas secara sepakat menyetujui kesimpulan ini; jika bahasa Ibrani telah ditemukan pada waktu itu, tentu saja PL akan memberikan kesaksian tentang hal itu, dan bukannya malah membuat istilah atau susunan kata-kata (wordings) yang kabur tentang `bahasa orang-orang Yahudi’ (Jews’ language) atau bahasa Kanaan (language of Canaan).28 Dengan kenyataan bahwa teks secara generik merujuk pada bahasa Kanaan-yang secara simpel bisa dikatakan berbahasa Kanaan-kita dapat menyimpulkan bahwa bangsa Israel tidak mempunyai sebuah bahasa yang khusus pada waktu terpecahnya Kerajaan menjadi Israel dan Tehuda.
Sebetulnya kata-kata `bahasa Ibrani’ memang benar-benar ada, tapi ia mendahului bangsa Israel, dan tidak merujuk pada sesuatu yang berhubungan secara jauh dengan Yahudi. Kata-kata `ibri (Habiru) dan `ibrani (Hebrew) telah lama dipakai bahkan sebelum 2000 S.M. dan merujuk pada sebuah grup dari suku-suku Arab di daerah-daerah bagian utara Jazirah Arabia, di padang pasir Suriah. Sebutan itu menyebar ke suku-suku Arab yang lain di daerah itu hingga menjadi sinonim dengan `son of the desert’ (anak padang pasir). Teks-teks Cuneiform dan Fir’aunis semenjak sebelum bangsa Israel pun menggunakan kata-kata seperti `ibri, Habiri, Habiru, Khabiru, dan `abiru. Dalam hal ini istilah `ibrani, seperti dianggap berasal dari Abraham dalam Bibel, berarti seorang anggota dari `abiru (atau suku-suku Arab nomad), yang dia sendiri merupakan salah satu anggotanya. Frase `ibrit, yang menunjukkan orang-orang Yahudi, diciptakan belakangan oleh para rabi di Palestina.29
ii. Tulisan Yahudi Periode Awal: Bahasa Kanaan dan Asyur
Tulisan Yahudi masa pra-pengasingan adalah berbahasa Kanaan.30 Tatkala bahasa Aram menjadi bahasa dominan kawasan Timur Dekat kuno, orangorang Yahudi mengadopsi bahasa ini dan segera mengambil tulisannya jugayang saat itu dikenal sebagai bahasa Asyur.31
`Tulisan Asyur’ atau ini disebut demikian karena asalnya merupakan bentuk Aram dari `Tulisan berbahasa Funisia’ yang telah jamak digunakan…sejak abad ke-8 S.M. dan dibawa kembali orangorang Yahudi pulang dari Pengasingan. Square script (tulisan persegi) adalah berasal dari bentuk alfabet ini.32
Tulisan persegi ini secara formal tidak dianggap sebagai tulisan Ibrani hingga terjadi karya-karya Bin Sira dan Josephus pada abad pertama Masehi, dan di dalam Mishna dan Talmud,33 yang kesemuanya merupakan perkembangan-perkembangan yang terjadi sangat belakangan.
Jadi, aslinya ditulis dalam bahasa apakah PL itu? Dari informasi di atas kita lihat ada sebuah proses evolusi penulisan: bahasa Kanaan, Aram (Asyur), dan akhirnya square, yang kemudian belakangan dianggap sebagai bahasa Ibrani. Kita bisa menyimpulkan bahwa, menjelang kepulangan mereka dari Pengasingan Bibel pada tahun 538 S.M., orang-orang Yahudi tidak mempunyai alat komunikasi tertulis apa pun yang secara khas milik mereka sendiri. Menariknya Wurthwein menggabungkan alphabet Kanaan ini seraya menegaskan, “Ini adalah tulisan Funisia-Ibrani kuno, pendahulu setnua alfabet yang terdahulu maupun kini.”34
iii. Sumber-Sumber Taurat
a) Sumber-Sumber yang Berasal dari Yahudi
Sebagaimana merupakan kebiasaan untuk mencari pengaruh dari sumber-sumber yang tersembunyi dalam Al-Qur’an (suatu topik yang akan kami bicarakan kemudian),35 para sarjana Barat di masa lalu telah sibuk mencari sumber-sumber Taurat. Julius Welhausen (1844-1918) menjelaskan empat asal yang utama: J (narasi Profetik Yahwistik, ± 850 S.M.); E (narasi Profetik Elohistik, ± 750 S.M.); D (Deuteronomy dan catatan-catatan Deuteronomik di lain tempat, ± 600 S.M.); dan P (the Priestly Code, Kode Imam, terpresentasikan secara khusus dalam Imamat dan dalam pembaruan-pembaruan di lain tempat, ± 400 S.M.).36 Sumber-sumber yang lain juga sudah ditemukan, dan kesemuanya menurut dugaan berasal Yahudi.
b) Sumber-Sumber yang Berasa] Non- Yahudi
Bagaimana pun, dilemma terbesar yang kita hadapi adalah ditemukannya tulisan-tulisan/karya-karya serupa di dalam sumber-sumber non-Yahudi-yang sebagiannya mendahului PL tidak kurang dari lima abad sebelumnya. Menurut Keluaran 20, Tuhan secara verbal memproklamasikan Sepuluh Perintah (the Ten Commandments) dan menuliskannya di atas dua lempengan batu, dan menyerahkannya kepada Musa di Gunung Sinai.
Kumpulan tulisan-tulisan yang sangat serupa adalah, tentu saja, Kode Hammurabi (the Code of Hammurabi) … (tertanggal kurang lebih pada tahun 1700 S.M.). Yang begitu mencolok adalah kesamaan yang terdapat pada pernyataan-pernyataan awal yang menunjukkan bahwa Kode Perjanjian (the Covenant Code) diambil atau dipinjam dari hukum Hammurabi. Sekarang bisa dipahami bahwa kedua kode berasal dari sebuah latar-belakang legislasi yang sama yang tersebar luas. Meskipun kode Ibrani ini tanggalnya lebih belakangan, dalam hal-hal tertentu kode ini dalam karakternya lebih simpel dan primitif daripada kode Hammurabi…37
Contoh lain yang mengundang penasaran adalah yang bersumber dari tulisan-tulisan yang ditemukan di Ras Syamra, kini di Suriah. Majalah Geografi Nasional mengutip:
Bahkan Adam dan Hawa disebut dalam teks-teks Ras Syamra. Mereka hidup di sebuah taman yang indah sekali di Timur, alamat yang sedikit kabur, yang, bagaimana pun, cocok dengan yang disebutkan dalam Bibel… Dalam suatu cerita yang ditulis oleh pengarang Ugarit, Adam merupakan pendiri sebuah bangsa, Semit Kanaan, yang barangkali salah satu syekh atau raja tertua, dan oleh karena itu rupanya ia adalah seorang tokoh historis.38
Catatan-catatan ini, menurut pengarang ini, bertarikh dari abad ke-14 atau ke-15 S.M., dan oleh karenanya mendahului Musa paling tidak satu abad.
The History of The Qur’anic Text hal 263 - 266
3. Sejarah Hukum Lisan (the Oral Law)
Ajaran rabbinikal menegaskan bahwa Hukum Tertulis (Lima Buku Musa) dan Hukum Lisan (disampaikan selama berabad-abad lewat kata-kata atau mulut) keduanya berasal pada masa Musa; Hukum Lisan menyediakan semua penjelasan-penjelasan yang diperlukan bagi pelaksanaan Hukum Tertulis. Misynah adalah kompilasi Hukum Lisan ini.39
Laporan Misynah sendiri mengenai asal dan sejarah Hukum Lisan dituangkan dalam Traktat Aboth,1. Pada saat yang sama bahwa Hukum Tertulis diberikan dari Sinai, Hukum Lisan pun juga disampaikan kepada Musa, dan pada gilirannya ditularkan (secara oral) kepada para pemimpin generasi-generasi secara turun-temurun.40
Di bawah ini adalah Traktat Aboth, 1, memuat sejarah tradisional dari Hukum Lisan:
1). Musa menerima Hukum dari Sinai dan menkomisikannya ke Yosua, dan Yosua ke para sesepuh, dan para sesepuh ke Nabi-nabi; dan Nabi-nabi mengkomisikannya ke orang-orang Sinagog Agung. Mereka mengatakan tiga perkara: berhati-hatilah dalam memutuska_n hukum, binalah banyakbanyak pengikut, dan buatlah pagar di sekitar Hukum.
2). Simeon yang Adil41 adalah sisa-sisa dari Sinagog Agung …
3). Antigonus dari Soko menerima [Hukum] dari Simeon yang Adil …
4). Yose bin Yoezer dari Zeredah dan Yose bin Yohanan dari Yerusalem menerima [Hukum] dari mereka …42
Dan seterusnya. Pendeknya, laporan Misynah sendiri tentang legitimasinya, yang terkandung dalam traktat ini, sebagian besarnya terdiri dari ucapanucapan memuji Hukum Lisan ini bersama nama-nama para guru yang mcnularkannya dari generasi ke generasi berikutnya. “Kecuali empat paragraf terakhir, ucapan-ucapan ini adalah43 anonim.”
Laporan tradisional tentang Hukum Lisan ini dan transmisinya, mulai dari Musa dalam silsilah yang tak terputus sampai pada para rabbi Yerusalem pasca-pengasingan, bisa dibantah dengan melihat sekilas sejarah Yahudi. 2 Raja-raja 22-23 meriwayatkan penemuan sebuah `Kitab Hukum’ pada masa kekuasaan Raja Yosia (640 - 609 S.M.).44 Pembaruan menyeluruh yang ia canangkan-menghancurkan altar-altar tempat ibadah para penyembah berhala, menghapus kurban anak, merusak rumah pagan para pelacur laki-laki, dan seterusnya-membuktikan bahwa sampai dasar-dasar Hukum yang paling mendasar sekali pun telah tersapu bersih dari kesadaran bangsa Israel. Maraknya praktik-praktik yang sangat bertentangan dengan agama ini justru mengingkari keberadaan para imam-imam Yahudi yang diduga menghafalkan dan mentransmisikan Hukum Lisan selama berabad-abad. Tradisi-tradisi oral ini jelas merupakan sebuah penafsiran Hukum Tertulis; meskipun seandainya yang belakangan (Hukum Tertulis) ini hilang, maka tradisi oral yang terpelihara dengan baik dan tepercaya, sudah cukup bisa memberikan informasi kepada para rabi bahwa ritual-ritual pagan semacam itu merupakan pelanggaran terhadap hal-hal yang keramat/sakral. Di manakah pemimpin-pemimpin agama yang mentransmisikan Hukum dari generasi ke generasi itu? Memang kakek Yosia, Raja Manasye, beranggapan bahwa dengan membangun kembali altar-altar untuk menyembah Baal yang telah dihancurkan Hizkia, dia sedang kembali pada sesembahan awal bangsa itu, dan Baal yang disembah barangkali dalam benak orang banyak diidentifikasi sebagai Tuhan nasional Yahweh.”45
Apa pun bentuknya Hukum Lisan yang aslinya diterima Musa adalah sudah hilang beberapa milenium yang lalu dan tak ada wujudnya. Hukum Lisan yang ada sekarang,
barangkali bertarikh dari masa ketika Hukum Tertulis pertama dibacakan dan dijelaskan kepada orang banyak [oleh Ezra]. Uraian oral ini tak terhindarkan telah menggiring pada penjelasan-penjelasan yang berbedabeda. Dan’ sini, pada masa-masa berikutnya dirasa sangat mendesak, untuk mengurangi perbedaan-perbedaan ini semakin parah, perlu ditulisnya penjelasan-penjelasan yang dianggap otoritatif dan benar. Proses ini berawal pada masa Hillel dan Syammai (akhir abad 1 S.M.) clan kemudian disebut misynah … Sering kali setiap imam mempunyai kompilasi Misynahnya sendiri.46
Hilangnya sama sekali sumber asli yang bisa dijadikan dasar pijakan, dan maraknya perselisihan-perselisihan tentang masalah arti telah mendorong setiap imam/guru untuk menyusun kompilasi Hukum Lisan-nya masingmasing, mencuatlah beberapa pertanyaan: seberapa validkah Misynah yang sampai pada kita sekarang ini? Otoritas ketuhanan apakah yang dimilikinya tcrhadap seluruh Misynah yang lain yang ditulis oleh rabi-rabi yang sekarang terlupakan itu? Dan siapakah yang punya hak untuk menentukannya sebagai satu-satunya Misynah yang definitif (the definitive Mishnah)?
4. Sejarah Teks Ibrani: Masorah
Teks Ibrani PL diistilahkan Masoretik sebab dalam bentuknya yang sekarang ia berdasarkan pada Masorah, tradisi tekstual para sarjana Yahudi yang dikenal sebagai the Masoretes.
Masorah (Ibr. “tradition”) merujuk pada sistem tanda-tanda huruf hidup (vowel), ciri-ciri aksen, dan nada-nada marginal yang diciptakan para juru tulis dan sarjana Yahudi awal abad pertengahan dan digunakan dalam mengopi teks Bibel Ibrani untuk memeliharanya dari perubahanperubahan.47
i. Hanya Tiga Puluh Satu Teks Masoretik yang Masih Selamat dari PL
Teks Masoretik (MT) memperingatkan kepada produk akhir, sebuah upaya yang memperkenalkan tanda-tanda vowel,dan aksen ke dalam bodi Bibel Ibrani yang hanya berhuruf konsonan dan tak memiliki vowel pada awal abad pertengahan. Jumlah total Bibel Ibrani yang ditulis dalam bentuk Masoreti (balk yang komplet maupun fragmentari) hanyalah tiga puluh satu, bertarikh dari akhir abad ke-9 sampai tahun 1100 M.48 Simbol FPRIVATEmenunjukkan teks Masoretik baik dalam Biblia Hebraica yang diedit oleh Rudolf Kittel (BHK) maupun Biblia Hebraica Stuttgartensia (BHS).49 Keduanya merupakan edisiedisi PL yang paling kritis dan sangat diagungkan; sesungguhnya keduanya merupakan manuskrip yang sama, B 19A, di the Saltykov-Shchedrin Stale Public Library dari St. Petersburg, ditulis pada tahun 1008 M. 50
Satu ciri yang menarik dari Leningrad Codex ini, demikian dikenal, adalah sistem penanggalannya. V. Lebedev menyatakan,
Manuskrip ini mulai dengan sebuah tanda penerbit yang besar, yang memberikan tanggal kopi manuskrip, yang disebut dalam lima era yang berlainan: 4770 dari Penciptaan, 1444 dari pengasingan Raja Yehoekin, 1319 dari `Dominion Yunani’ (malkut ha-yamanim), 940 dari kehancuran Rumah Tuhan yang kedua di Yerusalem, dan 399 dari Hijrah (qeren ze’irah). Bulan itu adalah Siwan.51
Gambar 15.1: Contoh halaman dari Leningrad Codex. Halaman folio yang ditunjukkan ini mencakup Kejadian 12: 1 B- 13:7A. Amatilah, tidak terdapat tanda-tanda pemisah antara babbab maupun antara ayat-ayat. Dicetak ulang dengan izin dari penerbit.
Keterangan lain yang penting dicatat di sini adalah berasal dari Wiirthwein, bahwa “pembagian ayat-ayat sudah dikenal pada periode Talmud, dengan tradisi-tradisi Palestina dan Babilonia yang berlainan”.52 Dengan tidak adanya bentuk pemisahan apa pun antara ayat-ayat, Kodeks abad ke 11 ini (yang ditulis begitu berabad-abad setelah masa Talmud) menyiratkan kesangsian pada pernyataan ini. Bagaimanapun juga, “pembagian (PL) menjadi bab-bab, sebuah sistem yang berasal dari Stephen Langton (1150-1228), adalah diadopsi dalam manuskrip-manuskrip Ibrani dari terjemahan Injil berbahasa Latin pada abad ke empat belas.”53 Lebih dari itu, pembagian-pembagian ayat tidak dibubuhi angka-angka sebagai sub- sub bagian dari bab-bab sampai pada abad ke-16.54
Kodeks Leningrad ini adalah sangat baru sekali…. ; manuskrip Ibrani keseluruhan PL yang tertua yang ada kini, sesungguhnya hanya berasal dari abad ke-10 M.55
Sejumlah manuskrip Ibrani yang secara substansial lebih awal, yang sebagiannya bertarikh dari era pra-Masehi, sebetulnya telah hilang tersembunyi pada masa abad-abad pertama clan kedua M.56 di dalam berbagai gua di padang pasir Yehuda … dekat Laut Mati dan senantiasa di sana selama hampir dua milenium, kemudian ditemukan dalam serangkaian penemuan mulai tahun 1947.57
Temuan-temuan ini meliputi penggalan-penggalan dari hampir semua buku-buku PL, namun untuk naskah PL yang sempurna, para sarjana masih sepenuhnya bergantung pada manuskrip-manuskrip yang bertarikh dari abad ke-10 dan setelahnya.58
The History of The Qur’anic Text hal 268 - 276
5. Dalam Pencarian Sebuah Teks yang Otoritatif
Bukan rahasia lagi bahwa selama berabad-abad teks Ibrani dari Perjanjian Lama berwujud sebagai teks konsonan (huruf mati) murni. Tanda-tanda vowel tidak ditambahkan pada teks ini sampai tahap belakangan, ketika teks konsonan telah mapan (established) dengan sejarah transmisi yang panjang di baliknya.59
Sejarah keragaman tekstual yang bermacam-macam, pencantuman vowel berikutnya, dan munculnya final sebuah versi teks PL yang otoritatif, perlu pencermatan yang mendetail.
i. Peran Konsili Jamnia-Akhir Abad Pertama M.
Wurthwein menulis,
Teks konsonan yang dipelihara dalam manuskrip-manuskrip abad pertengahan dan yang merupakan dasar bagi edisi-edisi kita sekarang ini tarikhnya kembali pada kira-kira tahun 100 M. Sebagai bagian dari kebangkitan besar bangsa Yahudi yang menandai dekade-dekade setelah malapetaka tahun 70 M., status resmi kitab-kitab tertentu dari Perjanjian Lama yang diperdebatkan telah diselesaikan pada Konsili Jamnia (akhir abad pertama M.), dan teks otoritatif Perjanjian Lama juga ditentukan.60
Teks (PL) yang terpelihara pada periode setelah tahun 70 M., hanyalah tinggal yang ada pada grup yang paling berpengaruh, aliran Farisi. Sementara tipe-tipe teks yang didukung grup-grup yang lebih kecil telah lenyap, yang membuat teks standard yang ada sekarang ini adalah merupakan sebuah hasil dari perkembangan dan evolusi sejarah belaka.61 Penegasan Wurthwein bahwa Konsili Jamnia telah menentukan teks otoritatif kelihatannya tak lebih sekadar wishful thinking, karena hal ini bertentangan dengan klaim dia di tempat lain bahwa teks PL ditentukan secara final pada abad ke-10 M.62
ii. Teks Perjanjian Lama dikenal dalam Berbagai Tradisi yang Berbeda-beda
Sebuah kesan yang salah telah terbangun di antara para pembaca umum bahwa PL telah ditransmisikan sepanjang masa secara persis kata demi kata, dan huruf demi huruf 63 Padahal tidaklah demikian kasusnya; bahkan “Sepuluh Perintah” (the Ten Commandments) saja berbeda dalam dua versi.64
Para sarjana sepakat bahwa pada akhir era pra-Masehi, teks PL dikenal dalam berbagai tradisi yang berbeda satu sama lain sampai pada tingkat yang beragam. Untuk menyelesaikan teka-teki tipe teks yang sangat beragama ini, para sarjana telah menggunakan pendekatan-pendekatan (approaches) yang berbeda. “Frank M. Cross menafsirkan keberagaman tersebut sebagai bentukbentuk teks lokal Palestina, Mesir, dan Babilonia,”65 yang berarti bahwa setiap pusat dari pusat-pusat itu memelihara teks PL masing-masing, yang sama sekali berdiri sendiri (independent) dan tak ada hubungan apa pun dengan teksteks yang digunakan pusat-pusat yang lain. Shemaryahu Talmon menolak teorinya Cross; sebagai gantinya dia berpendapat bahwa “para pengarang, penghimpun, dan juru tulis dulu itu menikmati apa yang bisa diistilahkan sebuah kebebasan yang terkontrol tentang keragaman teks ..- Dari tahap transmisi manuskripnya yang paling awal, teks Perjanjian Lama memang dikenal dalam sebuah keragaman tradisi yang berbeda satu sama lain sampai pada kadar yang beragam pula.”66 Jadi, sementara Cross berpendapat bahwa setiap pusat (centre) menentukan bentuk teksnya masing-masing, Talmon berargumen bahwa keberagaman ini tidak disebabkan karena pusat-pusat yang berbeda, akan tetapi karena para penghimpun dan juru tulis teks-teks itu sendiri yang sejak semula memang menggunakan sedikit kebebasan dalam hal bagaimana mereka membentuk ulang teks itu. Apa pun jawabannya, wujudnya bentukbentuk teks yang berbeda tidak mungkin dimungkiri.
iii. Sekitar 6000 Perbedaan Antara Pentateuch Samara dan Yahudi Saja
Sebuah sekte religius dan etnis Ibrani, yaitu orang-orang Samara, mengklaim Musa sebagai satu-satunya nabi mereka, dan Taurat sebagai satu-satunya Kitab Suci mereka, yang mana mereka bersikeras bahwa resensinya yang sempurna hanyalah dimiliki mereka (dan tidak golongan non-Yahudi).67 Tanggal pecahnya suku Samara yang tepat dari bangsa Yahudi masih tidak diketahui, tapi kemungkinan besar terjadi pada masa Dinasti Makkabi (166-63 S.M.) dengan penghancuran tempat suci Syakim dam Gunung Jerizim.68
Masalah Pentateuch Samara adalah bahwa ia berbeda dari [teks Ibrani Masoretik] dalam sekitar enam ribu perbedaan. … [banyak di antaranya ] adalah sepele dan tidak memengaruhi arti dari pada teks, tapi adalah signifikan bahwa sekitar seribu sembilan ratus perbedaan yang lain [Pentateuch Samara bersepakat dengan Septuagint69 berbeda dengan teks Masoretik]. Beberapa varian dalam [Pentateuch Samara] harus dianggap sebagai perubahan-perubahan yang dimasukkan suku Samara untuk kemaslahatan kultus mereka sendiri. Hal ini benar belaka khususnya tentang perintah yang disisipkan setelah Keluaran 20:17 untuk mendirikan sebuah tempat suci di atas Gunung Jerizim, tentang Ulangan 11:30 di mana ditambahkan , dan tentang sembilan belas bagian dalam Ulangan di mana pemilihan tempat suci ditentukan sesuai masa lalu dan rujukan kepada Syakim pun terlihat jelas.70
Seseorang tentu tergoda untuk bertanya berapa banyak dari 6000 perbedaan ini yang disebabkan karena perubahan-perubahan Samaria, dan berapa banyak yang disebabkan karena perubahan-perubahan Yahudi. Sebagaimana yang akan kita saksikan pada halaman …, tidak ada satu versi otoritatif apa pun dari PL yang wujud sebelum paling kurang abad pertama S.M., apalagi suatu versi otoritatif yang ditransmisikan dengan kadar ketelitian yang appreciable. Cermatilah bahwa paling kurang dalam seribu sembilan ratus hal yang disepakati antara Septuagint dan Samaria yang berlawanan dengan teks Masoretik, orang-orang Yahudi telah mengubah teks yang terakhir ini. Septuagint muncul kira-kira abad ke-3 S.M. di bawah arahan (menurut sumbersumber tradisional) enam penerjemah dari setiap suku Israel yang berjumlah dua belas itu.71 Jadi, sekurang-kurangnya tiga atau empat abad memisahkan Septuagint dari kemungkinan tanggal yang lebih awal untuk sebuah edisi PL yang otoritatif. Berdasarkan pada permusuhan bebuyutan antara orang-orang Yahudi dan Samaria, dan kengototan yang terakhir (Samaria) bahwa hanya mereka saja yang memiliki resensi yang sempurna, maka kemungkinan suatu upaya Samaria yang dimaksudkan untuk mengubah Pentateuch mereka agar sesuai dengan Septuagint Yahudi agaknya sangat jauh. Dengan demikian jelas, kesimpulan yang terbaik adalah kecurangan atau perubahan telah terjadi dalam teks Masoretik mengenai seribu sembilan ratus hal itu, setelah abad ke-3 S.M., untuk mengatakan tidak adanya kecurangan atau perubahan sebelum tarikh tersebut yang, jika memang demikian, harus dilemparkan ke Septuagint.
iv. Perubahan-Perubahan Teks yang Tak Sengaja
Kesalahan-kesalahan bisa masuk secara pelan-pelan ke dalam teks dari setiap jalur yang memungkinkan, karena orang penyalin yang paling profesional sekali pun akan mengakuinya. Kebanyakan hal itu adalah tidak sengaja. Dalam kaitannya dengan ini para sarjana PL telah menciptakan perbendaharaan kata mereka masing-masing untuk klasifikasi ketergelinciranketergelinciran mental ini. Mempelajari kategori-kategori yang paling umum kita temukan: kekacauan tentang huruf-huruf yang mirip (seperti dan , dan ) ; dittografi (pengulangan aksidental); haplografi (pembuangan aksidental ketika suatu huruf ada dalam suatu kata sebagai huruf dobel); homoioteleuton (pembuangan ketika dua kata-kata memiliki akhiran yang identik dan juru tulis melompat dari yang pertama kepada yang kedua, dengan menghilangkan apa saja yang terdapat di antaranya); kesalahan-kesalahan yang dikarenakan vowel, beberapa lainnya.72 Membaca penelitian kontemporer secara teliti dan detail mengenai penyimpangan-penyimpangan tertentu dalam penggalan-penggalan tua, bukanlah hal yang sama sekali luar biasa untuk mendapatkan pengarang kontemporer yang melakukan homoioteleuten (misalnya) untuk menghilangkan pikiran bahwa kesalahan adalah disengaja dari pihak juru tulis; hal ini barangkali mungkin bisa dimajukan sebagai satu penjelasan sangat mungkin meskipun jika pembuangan yang sama terjadi pada manuskrip-manuskrip lain yang penting.73
v. Tiada Rasa Cemas dalam Mengubah Teks ketika di sana Agaknya Terdapat Alasan-alasan Doktrinal yang Cukup
Bagaimana pun juga, kita harus lebih mencermati perubahan-perubahan yang disengaja, sebab secara natural hal ini lebih serius. Sampai abad-abad Pertengahan teks PL belum lagi mapan (established),74 dan “sebelumnya secara resmi ditetapkan pun, teks Perjanjian Lama tidak pernah dianggap sebagai tak boleh diubah.”75 Oleh karena itu, para juru tulis dan perawi (transmitters) kadang-kadang melakukan perubahan-perubahan secara sengaja yang, terlepas dari apa pun niat mereka, telah membuktikan cita-rasa yang sangat real untuk mengubah teks asli. Manuskrip-manuskrip yang serupa menunjukkan bahwa bahkan teks Masoretik pun, yang memang dimaksudkan untuk memelihara PL dari perubahan-perubahan lebih lanjut, tidak terkecuali immun dari fenomena ini.76
Namun perbaikan teks tradisional awal, merekonstruksinya dan memeliharanya agar terhindar dari kritik, hanyalah salah satu tanda-tanda kesibukan para rabbi dengan teks [Masoretik]. Tanda kedua menyiratkan sebuah tendensi yang berlawanan. Terdapat bukti yang jelas bahwa tidak ada rasa cemas apa pun dalam mengubah teks ketika di sana agaknya terdapat alasan-alasan doktrinal yang cukup.77
Apakah gerangan sebagian alasan-alasan doktrinal yang mendesak ini? Kadang-kadang hanyalah masalah linguistik saja, mengubah suatu kata asing atau kurang dikenal dengan kata-kata yang lebih umum. Terkadang juga menyangkut masalah pembuangan susunan kata yang secara religius ofensif, or (yang lebih serius dari semuanya) masalah penyusupan kata-kata tertentu untuk mendukung satu interpretasi yang mungkin dari suatu ayat di atas seluruh interpretasi yang lainnya.78 Tradisi Yahudi memelihara sebagian catatan perubahan-perubahan tekstual ini dikenal sebagai the Tiqqune Sopherim dan Itture Sopherim,79 yang sudah barang tentu secara relatif merupakan karyakarya belakangan. Tiqqune Sopherim mencatat beberapa revisi tekstual yang dilakukan karena alasan-alasan doktrinal. Satu tradisi Masora, misalnya, menyinggung delapan belas posisi di mana teksnya telah diubah untuk membuang “ekspresi-ekspresi yang tidak dapat disetujui mengenai Tuhan”.80
Itture Sopherim mencatat beberapa kata-kata yang beragam dalam teks asli yang secara sengaja dibuang para juru tulis. Misalnya, Talmud Babilonia (Ned. 37b) menyebut lima tempat di mana kata-kata tertentu harus dilewati, dan tujuh tempat yang lain kata-kata tertentu harus dibaca meskipun dalam teks asal tidak ada.81
Tidak mungkin kita salah dalam menganggap bukti tradisi-tradisi ini hanya sebagai sepenggal kecil dari sebuah proses yang lebih panjang.82
vi. Tidak ada Satu pun Teks PL yang Otoritatif sampai Tahun 100 M.
Beberapa manuskrip dari Qumran (sumber Gulungan-gulungan dokumen Laut Mati) begitu dekat dengan teks Masoretik sebagaimana yang diselesaikan pada abad pertengahan.
Akan tetapi meskipun ada semua kemiripan superfisial itu di sana terdapat satu perbedaan yang desisif: teks Qumran dari tipe Masoretik hanyalah salah satu dari sekian banyak tipe yang umum digunakan yang sangat beragam… dan tidak terdapat indikasi apa pun bahwa teks tersebut dianggap sebagai lebih otoritatif dari pada yang lain. Boleh kita simpulkan bahwa mengenai Qumran, dan secara meyakinkan juga seluruh Yudaisme, tidak terdapat satu pun teks yang otoritatif83
Hanya pada masa kebangkitan Yahudi yang berikutnya, salah satu dari berbagai teks ini benar-benar memperoleh pengakuan akan keunggulannya, mengalahkan yang lain yang selama ini beredar luas hingga pada abad pertama Masehi. Pada kenyatannya, gua-gua Qumran mengandung tiga tipe teks yang berlainan: Pentateuch Samaria, Septuagint, dan Masoretik. Wurthwein menegaskan bahwa yang disebut terakhir dari ketiga teks ini paling tidak telah memperoleh otoritasnya pada waktu antara tahun 70-135 M.,84 meski pun kesimpulan ini sebenarnya berdasar pada penanggalan yang salah mengenai beberapa gua di Qumran dan Wad! Murabba’at, seperti yang akan saya jelaskan pada halaman 281-6.
vii. Sarjana-sarjana Yahudi Menetapkan Teks PL pada Abad Kesepuluh, Secara Aktif Menghancurkan Manuskrip-manuskrip yang Lebih Awal
Aturan-aturan Yahudi menuntut penghancuran manuskrip-manuskrip yang usang dan cacat. Dan ketika para sarjana telah menetapkan teks itu secara final pada abad kesepuluh, semua manuskrip yang merupakan tahap-tahap awal perkembangannya secara alami dianggap cacat, dan dalam perjalanan waktu semuanya lenyap.85
Penetapan sebuah tipe teks tunggal pada abad ke-10 itu bertepatan dengan pengenalan Masorah - sistem tanda-tanda vowel dan aksen yang digunakan sebagai sarana untuk mencegah kesalahan-kesalahan penulisan lebih lanjut. Sistem ini, bersama-sama dengan penghancuran manuskrip-manuskrip yang `cacat’ (defective), akan lebih mudah diimplementasikan begitu koloni Yahudi terbesar di Babilonia (aliran-aliran Timur dari Sura, Nahardea, dan Purnbeditha) telah kehilangan signifikansinya dan menghilang pada abad ke10 dan ke-11.
Sekali lagi Barat telah mengambil kepemimpinan spiritual Yudaisme, dan Masorah Barat berusaha menghapus semua bekas tradisi-tradisi tekstual yang berbeda dengan miliknya. Pandangan-pandangan aliran [Barat] Tiberias telah menjadi yang menentukan pada masa-masa berikutnya, dan tradisi Timur telah dilupakan selama satu milenium,86
Manuskrip-manuskrip Ibrani dari abad ke-10 dan ke-11 yang sangat penting ini, yang memasukkan Masorah dan menuntaskan tipe teks buat generasi-generasi yang akan datang, adalah sangat langka; jumlahnya hanya tiga puluh satu, dan kebanyakannya adalah terpenggal-penggal.87
viii. Masorah dan Integritas Tekstual
Dengan penetapan salah satu tipe teks tertentu sebagai superlatif (paling unggul) dari pada yang lain semuanya, kebebasan tekstual yang sebelumnya dihormati telah digantikan dengan kekerasan. Wurthwein berkomentar bahwa demikianlah fungsinya Masorah, dan menukil pernyataan Rabbi Akiba bahwa,
“Masorah adalah sebuah pagar (pelindung) Hukum.” Ini adalah merupakan tujuan dari kerja para juru tulis yang sangat teliti dan cermat. Mereka menghitung ayat-ayat, kata-kata, dan huruf-huruf dari Kitab Hukum dan bagian-bagian lain dari Kitab Suci sebagai suatu bantuan prosedural dalam memonitor manuskrip-manuskrip dan memeriksa akurasinya.88
Pernyataan Rabbi Akiba tidak sepenuhnya jelas: tentu saja penghitungan ayat-ayat dan huruf-huruf tidak dapat dijalankan pada masa dia (+ 55-137 M.), dan baru menjadi mungkin dan feasible pada akhir abad ke-9 dan awal ahad ke10, ketika kemunculan sistem Masora untuk pertama kalinya. Wurthwein sendiri mencatat:
Maka dari itu kita harus berasumsi bahwa ketika teks konsonantal dikukuhkan pada ± 100 M., tidak berakibat secara langsung pada penindasan terhadap semua bentuk-bentuk teks yang lain, tetapi manuskripmanuskrip dengan beragam teks itu masih terus beredar untuk waktu yang lama sekali, terutama di kalangan-kalangan pribadi. Penyatuan manuskrip-manuskrip abad kesepuluh dan berikutnya yang begitu mengesankan itu disebabkan… oleh para tokoh Masoret masa-masa awal dan belakangan yang memperjuangkan dikukuhkannya teks itu dan membantu sekuat tenaga untuk mencapai kemenangannya atas berbagai bentuk teks yang lain. 89
Dari kata-kata Wurthwein sendiri ini sangat jelas bahwa penyatuan teks yang demikian impresif ini dicapai pada abad ke-10 M. dan setelahnya, bukan pada abad pertama Masehi.
———————-
1. Jacob Neusner, The Way of Torah, hlm. 81. Bagi Neusner, ini adalah mitos sentral yang Terlandasi Judaisme klasik. Namun mitos tak harus berarti sesuatu yang tak benar; dia mengutip definisinya Streng, bahwa mitos adalah “struktur realitas yang pokok yang menjelma pada momen-momen tertentu yang diingat-ingat dan diulang-ulang dari generasi ke generasi.” [Ibid, hlm. 42].
2. Dennis Fischman, Political Discourse in Exile, Karl Marx and the Jewish Question, hIm. 77, mengutip Susan Handelman The Slayers of Moses the Emergence of Rabbinic Interpretation in Modern Literary Theory, Albany State University of New York Press, 1982, hlm 67, yang mengutip Bereishit Rabbah 1:1
3. Dictionary of the Bible, hlm 972 Untuk definisi Masorah Lihat buku ini hlm 266
4. Ulangan 31 9-12
5. Ibid., 31: 24-29.
6. A. Demsky, “Who Returned First: Ezra or Nehemiah”, Bible Review, vl. xii, no. 2, April 1966, hlm. 33.
7. Untuk kisah Bathsheba lihat 2 Samuel 11.
8. G A Anderson,Torah Before Sinai - The Do’s and Don’ts Before the Ten Commandments”, Bible Review. vol xii no 3, June 1996, hlm 43
9. Lihat 1 Samuel 6:19
10. 2 Raja-raja 23:2-10.
11. Dictionary of the Bible, hlm. 954.
12. C’.H. Dood, The Bible To-day, Cambridge University Press, 1952, hlm 13
13. H H. Rowley, The OT and Modern Study, Oxford University Press, 1901. him xxvii
14. C.H. Dodd, The Bible Today, hlm. 59-60.
15. H. Shanks, “Is This Man a Biblical Archaeologist?”, Biblical Archaeology Review, July/ August 1996, vol. 22, no. 4, hlm. 35.
16. H. Shanks, “New Orleans Gumbo Plenty of Spice at Annual Meeting”, Biblical Archaeology Review, March/April 1997, vol 2l, no 2, hlm 58
17. Ibid., hlm 58
18. Orang-orang Muslim tidak bisa mclakukan sinismc seperti itu; mereka harus mempercayai eksistensi Daud dan Sulaiman, hegitu juga Taurat (sebagaimana yang diwahyukan kepada Musa yang sisa-sisa ajarannya nungkin ditemukan dalam beberapa kitab PL).
19. Isra’il Wilfinson, Tarikh al-Lughat as-Samiyyah (History of Semitic Language), Dar alQalam, Beirut, Lebanon, P.O Box 3874, ND, hlm. 54. Selanjutnya ditulis Wilfinson.
20. Dictionary of the Bible, hlm. 121; cetakan miring dari penulis
21. Wilfinson, hlm 75
22 Wilfinson, hlm 91
23. New World Translation of the Holy Scriptures, Watchtower Bible and Track Society of New York, Inc., 1984.24. Terjemahannya George M. Lamsa dari Peshitta yang berbahasa Aram, Harper, San Francisco.
25. Thomas Nelson & Sons, 1952.26. Bibel versi Revised Standard menggunakan ‘bahasa Yehuda’.
27. KJV Yesaya 19:18.28. Dari koleksi Bibel yang saya miliki hanya CEV yang secara eksplisit menulis ‘bahasa Ibrani’ dalam Yesaya 19:18, Yesaya 36:11-13, 2 Raja-raja 18:26, dan 2 Tawarikh 32:18 Namun akurasi versi ini sangat mencurigakan, sementara versi-versi yang lain mengikuti jauh lebih dekat dengan teks aslinya Lihat buku ini hlm 327-8.
29. Wilfinson, him. 73-79.
30. Wilfinson, hlm. 91.
31. Ernst Wurthwein, The Text of the Old Testament, Edisi ke-2, William B. Eerdmans Publishing Company. Grand Rapids, Michigan, 1995, hlm. I-2. Selanjutnya ditulis Wurthwein.
32.Ibid. hlm 2, catatan kaki 4
33. Wilfinson, hlm 75
34. Wurthwein, hlm. 2. Cetakan miring dari penulis. Masih terdapat suatu pembelokan lain yang mengganjal dalam sejarah pemalsuan ini. Sekarang di Wadi el-Hol di Mesir, dekat Luxor, sebuah `inskripsi Semitik’ tertanggal antara 1900 dan 1800 S.M. telah ditemukan oleh Dr. Damells dan istrinya Deborah. Direktur The West Semitic Research Project pada Universitas California, Dr. Zuckermann, telah melakukan perjalanan ke tempat penemuan untuk mengambil detail gambargambar inskripsi itu [J.N. Wilford, "Penemuan Inskripsi-inskripsi Mesir Menunjukkan Tarikh Lebih Awal bagi Asal Mula Alfabet," The New York Times, Nov. 13, 1999]. OIeh karena kata-kata Semitik dan anti-Semitik sekarang ini dicadangkan secara eksklusif untuk orang-orang Yahudi (ketimbang bangsa Arab atau Aram), maka tampaknya prestasi menciptakan alphabet secara gradual bisu dicuri dari bangsa Funisia dan diberikan kepada pendahulu-penduhulu bangsa Yahudi
35. Lihat Bab 18.
36. Dictionary of the Bible, hlm 104.
37 Ibid., him. 569; cetakan miring dari penulis. Buku Perjanjian atau Kode Perjanjian secara kasarnya adalah Keluaran 211:22-23:19 [ibid., 568], Fredrick Delitzsch, pendiri kajian Assyriologi, dalam karya-karyanya Babel and Bible dan Die Grosse Tauschung telah membuktikan bahwa sumber-sumber keyakinan, agama dan masyarakat Israel sebagian besarya berasal dari sumber-sumber Babilonia. [ Lihat S Bunimovitz,, "How Mute stones Speak: Interpreting What We Dig Up", Biblical Archaeology Review, March/April 1995, vol 21, no. 2, hlm. 61 ]
38. C F A Schaeffer, “Secrets from Syrian Hills”, The National Geographic Magazine, vol Ixiv, no 1, July 1933, hlm 125-6
39. Dictionary of the Bible, him. 954.
40. Herbert Danby (pent.), The Mishnah, Introduction, Oxford University Press, 1991, hlm xvii.
41. Bisa jadi Simeon anak laki-laki Onias, Imam Tinggi ± 280 S.M., atau Simeon II, Imam Tinggi ± 200 S.M.
42. H. Danby (pent.), The Mishnah, hlm 446
43. Ibid., him. 446, catatan kaki no 1
44 Dictionary of the Bible, hlm 382
45 Ibid. hlm 616
46 Ibid. him 954
47. Oxford Companion to the Bible, hlm. 500; cetakan miring dari penulis.
48. Ibid., hlm. 501.
49. Wurthwein, hlm, 10.
50. Ibid., hlm. 10. Sebuah faksimili manuskrip ini baru-baru ini telah diterbitkan The Leningrad Codex: A Facsimile Edition, William B Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, Michigan. 1998
51. V.V Lebedev, “The Oldest Complete Codex of the Hebrew Bible”, The Leningrad Codex: A Facsimile Edition, hlm xxi - xxii Kodeks ini tidak mengandung satu pun tanggal Kristen, yang berarti bahwa orang-orang Kristen sampai pada masa itu pun - tak mempunyai sistem kalender yang berdasarkan pada Yesus.
52. Wurthwein, hlm. 21.
53. Ibid, hlm. 21.
54. Ibid, hlm. 21.
55. Ibid, hlm. 10-11. Lebih tepatnya seharusnya berasal dari awal abad ke-11 karena Kodeks Leningrad memuat tanggal penyalinan 1008 M. [ Ibid, hlm. 10].
56.. Tarikh-tarikh ini tidak berdasar sama sekali; lihat buku ini hlm. 282-6.
57. Wurthwein, hlm. 11.
58. Ibid, hlm. 11.
59. Ibid, hlm. 12
60. Ibid, hlm. 13. Cetakan miring dari penulis.
61. Ibid, hlm. 14.
62. Lihat buku ini hlm. 275
63. Lihat “Are Torah Scrolls Exactly the Same?” , Bible Review, vol xiii, no. 6, Desember 1997, hlm. 5-6
64. Lihat misalnya analisis Wurthwein tentang Nash Papyrus ( Wurthwein hlm. 34)
65. Ibid, hlm. 14-15.
66. Ibid, hlm. 14-15. Cetakan miring dari penulis.
67. Dictionary of the Bible, hlm. 880. Resensi adalah proses pemeriksaan seluruh manuskrip yang ada, dan pembentukan sebuah teks berdasarkan pada bukti yang paling terpercaya.
68. Wurthwein, hlm. 45.
69. Septuagint adalah Perjanjian lama yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, diduga pada masa abad ke tiga S M . dan digunakan orang-orang Yahudi yang tinggal di diaspora Yunani untuk membaca Kitab Suci mereka dalam bahasa yang familier dengan mereka. Wurthwein menulis bahwa “apa yang kita temukan dalam [Septuagint] tidaklah sebuah versi yang tunggal melainkan sebuah koleksi dari beberapa versi yang dibuat oleh beberapa penulis yang sangat berbeda dalam metode terjemahan mereka, pengetahuan mereka tentang bahasa Ibrani, style mereka, dan dalam banyak hlm.” [ ibid, hlm. 53-4]
70. Ibid, hlm. 46. Simbol-simbol versi ini telah diterjemahkan dan diletakkan dalam kurung besar.
71. Untuk jumlah 72 orang penterjemah ‘Septuagint’ adalah terjemahan ‘ The Version of Seventy’ (Versi Tujuh Puluh dan secara umum disebutkan sebagai LXX ( Dictionary of the Bible, hlm. 347)
72. Wurthwein, hlm. 108-110.
73. Lihat Wurthwein, hlm 154
74. Lihat buku ini hlm. 274-5
75. Wurthwein, hlm. 111
76. Ibid, hlm. 111
77. Ibid, hlm. 17. cetakan miring dari penulis.
78. Ibid, hlrn 111-11279. Ibid, him 17
80. Ibid, hlm. 17 81. Ibid, hlm. 18
82 Ibid, hlm.18.
83 Ibid, hlm.14. Cetakan miring dart penulis
84 Ibid, hlm 14
85 Ibid, hlm 11 Cetakan miring dari penulis
86 Ibid, him.12. Cetakan miring dari penulis.
87 Lihat karya ini, hal. 266
88 Wurthwein, hlm. 19 Wurthwein mengkualifikasikan dirinya dalam catatan kaki: “Bagaimana pun tidak pasti, apakah dalam pernyataan Rabbi Akiba (Pirqe Aboth 3:13) kata-kata ‘Masora’ ini mengacu pada Aktivitas -aktivitas transmisi tekstual, seperti yang biasanya dipahami…. R.Akiba bermaksud bahwa Tradisi para Pendeta (The Tradition of the Fathers) (Hukum Lisan) dimaksudkan untuk mencegah pelanggaran Hukum Tertulis ” (hlm 18, catalan kaki 241)
89. Ibid, him. 20. Penegasan ditambahkan.
Sumber :The History of The Qur'anic Text
- From Revelation to Compilation -
Sejarah Teks Al-Quran - Dari Wahyu Sampai Kompilasinya -
Prof. Dr. M.M al A'zami
Download ebook : www.pakdenono.com
7 komentar:
zzzzz2018.6.30
ralph lauren uk
ralph lauren outlet
fitflops sale clearance
pandora charms outlet
coach outlet store online
air jordan 4
manolo blahnik outlet
manolo blahnik
true religion outlet store
coach outlet online
qzz0720
harry winston jewelry
nike blazer pas cher
brequet wathes
cheap nhl jerseys
coach outlet online
coach outlet
michael kors outlet
burberry outlet
supreme clothing
canada goose outlet
www0820
ralph lauren outlet
mlb shop
pandora outlet
nike huarache
christian louboutin outlet
moncler jackets
yeezy boost 350 v2
pandora outlet
jordan shoes
ugg boots clearance
zzzzz2018.8.21
super dry
canada goose jackets
louboutin shoes
ultra boost 3.0
mlb shop
moncler outlet
nike air max 90
moncler outlet
true religion jeans
ugg boots clearance
jinyi927
ralph lauren polo
ray ban sunglasses
coach outlet online
canadian goose
coach outlet
pandora charms
supreme
louboutin shoes
kate spade outlet
canada goose jacket
شركة رش مبيدات بالمدينة المنورة
شركة تنظيف بيارات بالرياض
ferragamo belt
adidas nmd r1
fenty puma
nike flyknit
michael kors sale
air max 2018
hyperdunks
michael kors factory outlet
caterpillar shoes
moncler
Posting Komentar