Sebelum tersusun menjadi kumpulan fasal-fasal,
Perjanjian Lama merupakan tradisi rakyat yang tidak
mempunyai sandaran, kecuali dalam ingatan manusia,
satu-satunya faktor untuk tersiarnya idea,
tradisi-tradisi tersebut selalu dinyanyikan.
Edmond Jacob menulis: "Dalam tahap permulaan, semua
orang menyanyi; di Israil seperti di tempat lain, puisi
lebih dahulu daripada prosa. Bani Israil menyanyi baik
dan banyak. Nyanyian itu mempunyai bermacam-macam
ekspresi, tergantung kepada kejadian-kejadian dalam
sejarah dengan enthusiasme yang memuncak atau putus asa
yang menenggelamkan." Mereka menyanyi dalam keadaan
yang bermacam-macam, dan Edmond Jacob menyebutkan
sebagian di mana nyanyian yang menyertainya terdapat
dalam Perjanjian Lama: nyanyian makan pagi, nyanyian
akhir panen, nyanyian yang menyertai pekerjaan, seperti
nyanyian Sumur (Bilangan 21, 17), nyanyian perkawinan,
nyanyian kematian, nyanyian perang yang sangat banyak
dalam Bibel seperti nyanyian Debarah (Hakim-hakim 5,
1-32) yaitu nyanyian yang memuja kemenangan Israil yang
dikehendaki oleh Yahweh dalam suatu peperangan yang
dipimpin oleh Yahweh sendiri (Bilangan 10, 35). Ketika
Peti Suci sudah pergi, Musa berkata-kata: "Bangunlah
Yahweh, mudah-mudahan musuh-musuhmu terserak-serak.
Mudah-mudahan mereka yang benci kepadamu akan lari
tunggang langgang di hadapan wajahmu."
Nyanyian-nyanyian itu juga merupakan kata-kata mutiara
serta perumpamaan kata-kata yang berisi berkat atau
laknat, peraturan-peraturan yang dibikin untuk manusia
oleh para Nabi sesudah mereka itu menerima perintah
Ilahi.
Edmond Jacob mengatakan bahwa kata-kata tersebut
diwariskan dengan jalan keluarga atau melalui
rumah-rumah ibadat dalam bentuk sejarah Bangsa yang
terpilih olehTuhan. Sejarah ini kemudian menjadi
dongeng seperti dongengan Jatam (Kitab Hakim-hakim 9,
7-21) dimana tertulis: "Pohon-pohon itu berjalan untuk
mengusapkan minyak kasturi kepada raja mereka dan
mereka berkata kepada pohon Zaitun, pohon Tien, pohon
anggur dan pohon duri." Hal tersebut mendorong Edmond
Jacob untuk menulis "karena dijiwai oleh fungsi
dongeng, maka penyajian hikayat seperti tersebut di
atas tidak dirasakan janggal karena mengenai soal-soal
dan periode-periode yang sejarahnya tak dikenal orang."
Edmond Jacob kemudian menyimpulkan: "Adalah sangat
mungkin bahwa apa yang dikisahkan oleh Perjanjian Lama
tentang Nabi Musa dan pemimpin-pemimpin agama Yahudi
tidak sesuai dengan yang terjadi dalam sejarah, akan
tetapi para tukang dongeng dalam masa riwayat secara
lisan sudah dapat mengisikan keindahan dan imaginasi
untuk merangkai episode yang bermacam-macam, sehingga
mereka berhasil menyajikannya sebagai sejarah yang
nampak besar kemungkinan kebenarannya bagi
pikiran-pikiran yang kritis, yaitu sejarah yang
mengenai asal alam dan manusia."
Perlu kita ingat bahwa setelah bangsa Yahudi tinggal di
Kan'an, yakni kira-kira pada akhir abad XIII sebelum al
Masih, tulisan sudah mulai dipakai untuk memelihara dan
meriwayatkan dongeng-dongeng, akan tetapi tidak secara
tepat, meskipun yang dikatakan itu mengenai hal-hal
yang harus tepat sekali, yakni soal hukum. Mengenai
hukum ini, perlu diterangkan bahwa hukum sepuluh
(Dekalog) yang dikatakan telah datang langsung dari
tangan Tuhan telah diriwayatkan dalam Perjanjian Lama
menurut dua versi yakni: Kitab Keluaran (Exodus 20,
1-21) dan Kitab Ulangan (Deuteronomy 5, 1-30). Jiwanya
sama, tetapi perbedaan tetap ada. Kemudian muncul
keinginan untuk menetapkan dokumentasi-dokumentasi
penting seperti kontrak, surat-surat, daftar
orang-orang (hakim-hakim, pegawai-pegawai tinggi di
kota-kota), daftar silsilah keturunan, daftar
kurban-kurban dan daftar harta jarahan. Dengan begitu
terjadilah arsip-arsip yang berisi dokumen-dokumen yang
kemudian mengisi kitab-kitab (fasal-fasal) Perjanjian
Lama yang sekarang ini. Dengan begitu dalam tiap-tiap
fasal terdapat bentuk literer yang tercampur. Para ahli
kemudian menyelidiki sebab-sebab yang mendorong untuk
mengumpulkan dokumen-dokumen yang berbeda-beda menjadi
satu.
Adalah sangat menarik untuk membandingkan penyusunan
Perjanjian Lama dengan dasar tradisi lisan, dengan apa
yang terjadi di bidang lain dan pada zaman yang
berlainan, yaitu masa timbulnya kesusasteraan primitif.
Marilah kita mengambil contoh dari sastra Perancis pada
zaman Kerajaan Perancis. Tradisi-tradisi lisan telah
muncul lebih dahulu sebelum peristiwa sejarah yang
besar dicatat dalam sejarah, yakni kejadian seperti
perang untuk mempertahankan agama Kristen, drama
tentang pahlawan-pahlawan yang kemudian diabadikan oleh
pengarang-pengarang dan penulis-penulis sejarah. Dengan
cara begitu mulai abad XI M timbul nyanyian dan tarian
dimana yang benar dan yang khayal menjadi satu dan
menjadi satu epik (syair kepahlawanan). Di antara epik
itu yang termasyhur adalah syair Roland (Chanson de
Roland), tentang pahlawan perang yang bernama Roland
yang menjadi komandan penjaga Kaisar Charlemagne (Karl
yang Agung) waktu kembali dari berperang di Spanyol.
Pengorbanan Roland bukannya satu dongengan yang
dibikin-bikin untuk sekedar dongengan; pengorbanan
Roland terjadi pada tanggal 5 Agustus tahun 778, yaitu
pada waktu serangan orang Basque (Penduduk pegunungan
Pyrenes). Karya kesusasteraan tidak semata-mata
bersifat legenda, tetapi mempunyai dasar sejarah;
walaupun begitu ahli-ahli sejarah, tidak-memahaminya
secara harafiah.
Persamaan antara lahirnya Bibel dan kesusasteraan yang
bukan agama nampaknya memang riil. Hal ini tidak
berarti bahwa kita menolak keseluruhan teks Bibel yang
dimiliki oleh orang-orang yang mempunyai kumpulan
buku-buku mitologi, yakni seperti yang dilakukan oleh
orang-orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan; orang
dapat percaya kepada kebenaran bahwa Tuhan menciptakan
alam, bahwa Tuhan menyerahkan sepuluh perintah kepada
Musa, bahwa Tuhan mencampuri urusan-urusan manusia,
umpamanya pada ajaran Raja (Nabi) Sulaiman; orang dapat
percaya bahwa essensi dari kejadian-kejadian tersebut
telah disampaikan kepada kita, akan tetapi kita harus
ingat bahwa rincian penyajian soal tersebut harus
diperiksa dengan teliti, dengan kritik yang ketat,
karena sumbangan manusia dalam menjadikan tradisi
lisan, menjadi buku tertulis adalah sangat besar.
Siapa pengarang Perjanjian lama?
Kebanyakan pembaca Perjanjian Lama yang menerima
pertanyaan tersebut di atas akan menjawab dengan
mengulangi apa yang pernah mereka baca dalam Kata
Pengantar Bibel, yaitu yang mengatakan bahwa fasal itu
semua adalah karangan Tuhan, walaupun ditulis oleh
orang-orang yang mendapat wahyu dari Ruhul Kudus.
Kadang-kadang orang yang memperkenalkan Bibel tadi
menganggap cukup dengan keterangan singkat tersebut,
dan dengan begitu ia menutup kemungkinan untuk
pertanyaan lebih lanjut; tetapi kadang-kadang ia
menambah penjelasan bahwa mungkin ada
perincian-perincian yang ditambahkan orang dalam teks
lama, akan tetapi meskipun begitu, perbedaan faham
tentang sesuatu ayat, tidak merubah kebenaran
keseluruhan. Orang selalu menekankan kepada "Kebenaran"
yang dijamin oleh Kepala Gereja, yaitu orang yang
mendapat bantuan dari Ruhul Kudus, satu-satunya pihak
yang berhak menerangkan sesuatu kepada orang-orang yang
percaya. Bukankah Gereja, semenjak konsili-konsili abad
ke 4 telah meresmikan daftar Kitab Suci yaitu daftar
yang dikuatkan oleh konsili Florence (1441), Trente
(1546) dan Vatikan I (1870) untuk menjadi Kanon (Injil
Induk). Belum lama ini, setelah mengeluarkan
bermacam-macam encyclique (dekrit), Paus telah
mengumumkan suatu keterangan tentang Refelasi (wahyu)
dalam bentuk suatu teks yang sangat penting yang
disusun selama tiga tahun (1962 - 1965). Kebanyakan
orang yang membaca Bibel mendapatkan keterangan-
keterangan yang menenteramkan hati itu di permulaan
cetakan modern serta merasa puas dengan jaminan
kebenaran yang telah diberikan selama beberapa abad
dan mereka itu tak pernah memikirkan bahwa orang dapat
mendiskusikan isi Bibel.
Akan tetapi jika seseorang membaca buku-buku yang
ditulis oleh ahli-ahli agama, yakni buku-buku yang
tidak dimaksudkan untuk dibaca oleh orang awam, ia akan
menyadari bahwa soal autentitas kitab dalam Bibel itu
jauh lebih kompleks daripada pemikiran orang biasa.
Jika salah seorang membaca umpamanya, cetakan modern
dari pada Bibel yang diterjemahkan ke bahasa Perancis
di bawah asuhan Lembaga Bibel di Yerusalem dan
diterbitkan dalam bagian-bagian terpisah, ia akan
mendapatkan suara yang sangat berbeda, dan ia akan
mengerti bahwa Perjanjian Lama, seperti juga Perjanjian
Baru, telah menimbulkan problema-problema yang para
ahli tafsir tidak menyembunyikan unsur-unsurnya yang
menimbulkan khilaf.
Kita juga mendapatkan unsur-unsur yang pasti dalam
pembahasan yang lebih ringkas akan tetapi obyektif,
seperti dalam buku karangan Professor Edmond Yacob
"Perjanjian Lama," yang diterbitkan oleh Presse
Universitaire de France,dalam seri yang berjudul: Que
Sais-je, (apakah yang saya ketahui?). Buku tersebut
memberi gambaran yang menyeluruh.
Banyak orang yang tidak tahu bahwa pada permulaannya,
seperti yang dikatakan Edmond Jacob, terdapat beberapa
teks Perjanjian Lama dan bukan teks tunggal. Pada abad
III SM sedikitnya ada tiga teks Ibrani, yaitu teks
massorethique, teks yang dipakai untuk terjemahanYunani
dan teks kitab Taurat Samaria. Pada abad pertama SM,
ada kecenderungan untuk membentuk teks tunggal, akan
tetapi hal tersebut baru terlaksana satu abad kemudian.
Jika kita mempunyai tiga teks tersebut di atas, tentu
kita dapat melakukan studi perbandingan dan kita
mungkin dapat mempunyai idea tentang teks yang asli,
akan tetapi kita tak mempunyai teks tersebut di atas.
Selain gulungan-gulungan yang terdapat di gua Qumran
pada tahun 1947, yaitu gulungan yang berasal dari zaman
sebelum timbulnya agama Kristen, dan dekat sebelum
munculnya Nabi Isa, telah terdapat Papyrus Decalogue
berasal dari abad II M, dan mengandung
perbedaan-perbedaan dari teks klasik, begitu juga
fragmen Perjanjian Lama, yang ditulis orang pada abad V
M. (Fragmen Geniza, Cairo); selain itu semua, teks
Bibel Ibrani yang paling tua adalah teks abad IX M.
Terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani terjadi
pada abad III sebelum Masehi. Teksnya dinamakan
Septante (berarti tujuh puluh; yakni jumlah orang yang
menterjemahkan). Terjemahan tersebut dilakukan oleh
orang-orang Yahudi di Alexandria. Pengarang-pengarang
Perjanjian Baru bersandar kepada teks tersebut, dan
teks tersebut dipakai orang sampai abad VII M. Pada
waktu sekarang teks Yunani yang dipakai Dunia Kristen
adalah manuskrip (tulisan tangan) yang dinamakan Codex
Vaticanus yang disimpan di Vatican dan Codex Sinaiticus
(berasal dari Sinai) yang disimpan di British Museum di
London. Manuskrip tersebut ditulis pada abad IV M.
Terjemahan dalam bahasa Latin dilakukan oleh Jerome
dari dokumen-dokumen Ibrani pada permulaan abad V M.
Terjemahan Latin ini kemudian dinamakan Vulgate oleh
karena telah tersebar diseluruh Dunia sesudah abad VII
M.
Perlu kita ketahui juga bahwa ada terjemahan Aramaik
dan Syriaks akan tetapi terjemahan itu hanya mengenai
beberapa bagian dari Perjanjian Lama.
Bermacam-macam terjemahan tersebut telah diolah oleh
beberapa orang ahli dan dijadikan teks tengah-tengah;
yakni yang merupakan kompromi antara bentuk-bentuk yang
berbeda-beda. Ada pula yang mengumpulkan bermacam-macam
terjemahan disamping Bibel Ibrani seperti terjemahan
Yunani, Latin, Syriak, Aramaik dan Arab. Kumpulan
itulah yang tersohor dengan nama Bibel Walton (London
tahun 1657).
Perlu kita tambahkan pula bahwa diantara Gereja-gereja
Masehi yang bermacam-macam sekarang keadaannya adalah
bahwa Gereja-gereja itu tidak menerima fasal-fasal yang
sama dalam Bibel, dan Gereja-gereja tersebut juga tidak
mempunyai pengesahan yang sama mengenai
terjemahan-terjemahan dalam satu bahasa. Usaha-usaha
untuk mempersatukan masih dilakukan dan terjemahan
Ekumenik (persatuan) yang dilakukan oleh ahli-ahli
Katolik dan Protestan mengenai Perjanjian Lama ternyata
akan meng hasilkan sintesa (perpaduan).
Dengan begitu maka usaha manusia mengenai teks
Perjanjian Lama ternyata sangat besar, dan dengan mudah
kita mengetahui bahwa sebagai akibat koreksi-koreksi
antara versi yang bermacam-macam dan terjemahan yang
bermacam-macam, teks yang asli sudah berubah selama dua
ribu tahun.
Asalnya Bibel
(Perjanjian Lama)
Sebelum tersusun menjadi kumpulan fasal-fasal,
Perjanjian Lama merupakan tradisi rakyat yang tidak
mempunyai sandaran, kecuali dalam ingatan manusia,
satu-satunya faktor untuk tersiarnya idea,
tradisi-tradisi tersebut selalu dinyanyikan.
Edmond Jacob menulis: "Dalam tahap permulaan, semua
orang menyanyi; di Israil seperti di tempat lain, puisi
lebih dahulu daripada prosa. Bani Israil menyanyi baik
dan banyak. Nyanyian itu mempunyai bermacam-macam
ekspresi, tergantung kepada kejadian-kejadian dalam
sejarah dengan enthusiasme yang memuncak atau putus asa
yang menenggelamkan." Mereka menyanyi dalam keadaan
yang bermacam-macam, dan Edmond Jacob menyebutkan
sebagian di mana nyanyian yang menyertainya terdapat
dalam Perjanjian Lama: nyanyian makan pagi, nyanyian
akhir panen, nyanyian yang menyertai pekerjaan, seperti
nyanyian Sumur (Bilangan 21, 17), nyanyian perkawinan,
nyanyian kematian, nyanyian perang yang sangat banyak
dalam Bibel seperti nyanyian Debarah (Hakim-hakim 5,
1-32) yaitu nyanyian yang memuja kemenangan Israil yang
dikehendaki oleh Yahweh dalam suatu peperangan yang
dipimpin oleh Yahweh sendiri (Bilangan 10, 35). Ketika
Peti Suci sudah pergi, Musa berkata-kata: "Bangunlah
Yahweh, mudah-mudahan musuh-musuhmu terserak-serak.
Mudah-mudahan mereka yang benci kepadamu akan lari
tunggang langgang di hadapan wajahmu."
Nyanyian-nyanyian itu juga merupakan kata-kata mutiara
serta perumpamaan kata-kata yang berisi berkat atau
laknat, peraturan-peraturan yang dibikin untuk manusia
oleh para Nabi sesudah mereka itu menerima perintah
Ilahi.
Edmond Jacob mengatakan bahwa kata-kata tersebut
diwariskan dengan jalan keluarga atau melalui
rumah-rumah ibadat dalam bentuk sejarah Bangsa yang
terpilih olehTuhan. Sejarah ini kemudian menjadi
dongeng seperti dongengan Jatam (Kitab Hakim-hakim 9,
7-21) dimana tertulis: "Pohon-pohon itu berjalan untuk
mengusapkan minyak kasturi kepada raja mereka dan
mereka berkata kepada pohon Zaitun, pohon Tien, pohon
anggur dan pohon duri." Hal tersebut mendorong Edmond
Jacob untuk menulis "karena dijiwai oleh fungsi
dongeng, maka penyajian hikayat seperti tersebut di
atas tidak dirasakan janggal karena mengenai soal-soal
dan periode-periode yang sejarahnya tak dikenal orang."
Edmond Jacob kemudian menyimpulkan: "Adalah sangat
mungkin bahwa apa yang dikisahkan oleh Perjanjian Lama
tentang Nabi Musa dan pemimpin-pemimpin agama Yahudi
tidak sesuai dengan yang terjadi dalam sejarah, akan
tetapi para tukang dongeng dalam masa riwayat secara
lisan sudah dapat mengisikan keindahan dan imaginasi
untuk merangkai episode yang bermacam-macam, sehingga
mereka berhasil menyajikannya sebagai sejarah yang
nampak besar kemungkinan kebenarannya bagi
pikiran-pikiran yang kritis, yaitu sejarah yang
mengenai asal alam dan manusia."
Perlu kita ingat bahwa setelah bangsa Yahudi tinggal di
Kan'an, yakni kira-kira pada akhir abad XIII sebelum al
Masih, tulisan sudah mulai dipakai untuk memelihara dan
meriwayatkan dongeng-dongeng, akan tetapi tidak secara
tepat, meskipun yang dikatakan itu mengenai hal-hal
yang harus tepat sekali, yakni soal hukum. Mengenai
hukum ini, perlu diterangkan bahwa hukum sepuluh
(Dekalog) yang dikatakan telah datang langsung dari
tangan Tuhan telah diriwayatkan dalam Perjanjian Lama
menurut dua versi yakni: Kitab Keluaran (Exodus 20,
1-21) dan Kitab Ulangan (Deuteronomy 5, 1-30). Jiwanya
sama, tetapi perbedaan tetap ada. Kemudian muncul
keinginan untuk menetapkan dokumentasi-dokumentasi
penting seperti kontrak, surat-surat, daftar
orang-orang (hakim-hakim, pegawai-pegawai tinggi di
kota-kota), daftar silsilah keturunan, daftar
kurban-kurban dan daftar harta jarahan. Dengan begitu
terjadilah arsip-arsip yang berisi dokumen-dokumen yang
kemudian mengisi kitab-kitab (fasal-fasal) Perjanjian
Lama yang sekarang ini. Dengan begitu dalam tiap-tiap
fasal terdapat bentuk literer yang tercampur. Para ahli
kemudian menyelidiki sebab-sebab yang mendorong untuk
mengumpulkan dokumen-dokumen yang berbeda-beda menjadi
satu.
Adalah sangat menarik untuk membandingkan penyusunan
Perjanjian Lama dengan dasar tradisi lisan, dengan apa
yang terjadi di bidang lain dan pada zaman yang
berlainan, yaitu masa timbulnya kesusasteraan primitif.
Marilah kita mengambil contoh dari sastra Perancis pada
zaman Kerajaan Perancis. Tradisi-tradisi lisan telah
muncul lebih dahulu sebelum peristiwa sejarah yang
besar dicatat dalam sejarah, yakni kejadian seperti
perang untuk mempertahankan agama Kristen, drama
tentang pahlawan-pahlawan yang kemudian diabadikan oleh
pengarang-pengarang dan penulis-penulis sejarah. Dengan
cara begitu mulai abad XI M timbul nyanyian dan tarian
dimana yang benar dan yang khayal menjadi satu dan
menjadi satu epik (syair kepahlawanan). Di antara epik
itu yang termasyhur adalah syair Roland (Chanson de
Roland), tentang pahlawan perang yang bernama Roland
yang menjadi komandan penjaga Kaisar Charlemagne (Karl
yang Agung) waktu kembali dari berperang di Spanyol.
Pengorbanan Roland bukannya satu dongengan yang
dibikin-bikin untuk sekedar dongengan; pengorbanan
Roland terjadi pada tanggal 5 Agustus tahun 778, yaitu
pada waktu serangan orang Basque (Penduduk pegunungan
Pyrenes). Karya kesusasteraan tidak semata-mata
bersifat legenda, tetapi mempunyai dasar sejarah;
walaupun begitu ahli-ahli sejarah, tidak-memahaminya
secara harafiah.
Persamaan antara lahirnya Bibel dan kesusasteraan yang
bukan agama nampaknya memang riil. Hal ini tidak
berarti bahwa kita menolak keseluruhan teks Bibel yang
dimiliki oleh orang-orang yang mempunyai kumpulan
buku-buku mitologi, yakni seperti yang dilakukan oleh
orang-orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan; orang
dapat percaya kepada kebenaran bahwa Tuhan menciptakan
alam, bahwa Tuhan menyerahkan sepuluh perintah kepada
Musa, bahwa Tuhan mencampuri urusan-urusan manusia,
umpamanya pada ajaran Raja (Nabi) Sulaiman; orang dapat
percaya bahwa essensi dari kejadian-kejadian tersebut
telah disampaikan kepada kita, akan tetapi kita harus
ingat bahwa rincian penyajian soal tersebut harus
diperiksa dengan teliti, dengan kritik yang ketat,
karena sumbangan manusia dalam menjadikan tradisi
lisan, menjadi buku tertulis adalah sangat besar.
Perjanjian Lama merupakan kumpulan fasal-fasal yang
panjangnya tidak sama dan isinya bermacam-macam,
ditulis selama lebih dari sembilan abad dalam beberapa
bahasa dan dimulai dengan tradisi lisan. Fasal-fasal
itu banyak yang telah dikoreksi dan dilengkapkan sesuai
dengan kejadian-kejadian atau kebutuhan-kebutuhan
tertentu, pada waktu-waktu yang berjauhan jaraknya
antara satu dengan lainnya.
Sangat boleh jadi bahwa munculnya literatur yang
melimpah ini terjadi pada permulaan monarki Yahudi pada
abad XI SM, yaitu pada waktu timbulnya kelompok
pegawai-pegawai Raja yang merupakan
sekretaris-sekretaris, yakni orang-orang pandai yang
pekerjaannya tidak terbatas dalam sekedar menulis. Dari
zaman itulah bermula tulisan-tulisan parsial yang
tersebut dalam fasal-fasal sebelum ini, yakni
tulisan-tulisan yang penting untuk ditetapkan waktunya,
seperti nyanyian-nyanyian yang tersebut di atas,
kata-kata yang diucapkan oleh nabi Ya'kub dan nabi
Dawud, Sepuluh Perintah dan lebih umum lagi teks-teks
legislatif yang membentuk tradisi keagamaan sebelum
tersusunnya undang-undang. Teks-teks tersebut merupakan
bagian-bagian yang terpisah disana-sini dalam
bagian-bagian Perjanjian Lama.
Kemudian kira-kira abad X SM tersusunlah teks "Yahwist"
dari Pentateuque (Torat) yang merupakan lima fasal
pertama. Kemudian orang menambahkan kepada teks
tersebut, bagian-bagian yang dinamakan "versi Elohist"
dan versi "Sakerdotal". Teks Yahwist membicarakan
periode permulaan alam sampai matinya Yakob. Teks
tersebut berasal dari Kerajaan Selatan (Israel Selatan)
atau Yuda.
Pada akhir abad IX dan pertengahan abad VIII SM, dalam
Kerajaan Yahudi Utara (Israil)3 telah tersiar pengaruh
Elia dan Elisa; yakni dua orang nabi yang kita jumpai
tulisannya dalam Perjanjian Lama. Periode teks Elohist
lebih singkat daripada teks Yahwist; karena teks
Elohist hanya menceritakan kejadian-kejadian tentang
Abraham (Ibrahim), Yacob (Ya'kub) dan Yosef (Yusuf).
Kitab (fasal) Yusak dan Hakim-hakim juga berasal dan
zaman ini.
Abad VIII SM adalah abad nabi-nabi penulis, yaitu Amos
dan Hosea di Israil(Kerajaan Utara) dan Isaiah dan
Mikah dalam Kerajaan Selatan (Yuda)
Pada tahun 721 SM Kerajaan Samaria mencaplok negara
Israil, dan dengan begitu maka Kerajaan Yuda mengambil
alih warisan keagamaan. Kumpulan peribahasa tersusun
pada periode ini dan menunjukkan campuran antara teks
Yahwist dan Elohist. Dengan begitu tersusunlah kitab
Taurah. Penyusunan Kitab Ulangan juga terjadi dalam
periode ini.
Pemerintahan Yosias dalam pertengahan kedua abad VII SM
bersamaan dengan permulaan zaman nabi Jeremia, akan
tetapi karangan Jeremia ini baru berbentuk yang
definitif satu abad kemudian.
Kenabian- Zefanya, Nahum dan Habakuk terjadi sebelum
orang Israil dideportasi (diasingkan) ke Babylon pada
takun 598 SM, yakni karena Babylon menang atas Samaria
yang mencaplok Israil pada tahun 721 SM. Pada waktu itu
Nabi Yehezkiel sudah menyelesaikan tugas kenabiannya.
Deportasi kedua terjadi ketika Yerusalem jatuh pada
tahun 587 SM, dan pengasingan itu baru selesai pada
tahun 538 SM.
Kitab (fasal) Yehezkiel, seorang nabi Yahudi yang besar
pada zaman pengasingan ke Babylon baru dibukukan
setelah ia meninggal. Para penulis fasal Yehezkiel
tersebut juga menulis versi sakerdotal mengenai Kitab
Kejadian, yakni mengenai periode dari waktu Dunia
diciptakan oleh Tuhan sampai matinya Ya'kub. Dengan
begitu maka di antara teks Yahwist dan teks Elohist
telah diselipkan teks ketiga yang perbedaan umurnya
adalah empat dan dua abad lebih dahulu. Pada waktu itu
sudah terdapat kitab "Nudub" (tangisan) atau
Lamentation.
Karena perintah raja Persia, Cyrus yang mengalahkan
Babylonia, pengasingan ke Babylon diakhiri pada tahun
538 SM. Orang-orang Yahudi kembali ke Palestina dan
mendirikan lagi tempel mereka di kota itu. Nampak pula
nabi-nabi baru dan kitab (fasal) baru seperti kitab
(fasal) Hagai, Zakarya, Israil, Maleachi, Daniel dan
Baruch.
Setelah Bani Israil diasingkan ke Babylon terkumpullah
fasal-fasal dalam perjanjian lama sebagai berikut:
Amstal Sulaiman (Proverbs) kurang lebih pada tahun 480
SM, fasal Ayub pada pertengahan abad V SM, al Khatib
(Ecelesiaste atau chronick), pada abad III SM bersamaan
dengan nyanyian (song of Salomon), dua fasal Berita,
fasal Esdras, fasal Nehemia; eclesiastique atau
seracide baru muncul pada abad II SM, fasal
kebijaksanaan Sulaiman, dua fasal Maccabees ditulis
pada abad I SM, fasal Ruth Esther, Yunus; Tobias dan
Yudit adalah sukar untuk dipastikan abad penulisannya.
Keterangan-keterangan tersebut masih dapat berubah jika
ada riset-riset baru, oleh karena Perjanjian Lama
seluruhnya baru terkumpul pada abad I SM dan secara
definitif, baru pada abad I M
Dengan begitu maka Perjanjian Lama merupakan satu
monumen literatur bangsa Yahudi, yang terkumpul sedikit
demi sedikit sehingga periode Agama Nasrani.
Kitab-kitab (fasal-fasal) nya telah ditulis,
disempurnakan dan ditinjau kembali antara abad X dan
abad I SM. Faktor ini bukan sekedar pendapat saya
pribadi akan tetapi saya kutip dari Encyclopedia
Universalis, cetakan tahun 1974, jilld III halaman 246
- 253, ditulis oleh S.P Sandraz guru besar pada
fakultas dominikan di Soulchoir; untuk memahami apakah
Perjanjian Lama itu, kita harus ingat hasil-hasil
penyelidikan para spesialis yang sangat kompeten.
Suatu wahyu telah tercampur dengan tulisan-tulisan itu,
akan tetapi pada waktu ini yang kita miliki hanya
hal-hal yang ditinggalkan oleh orang-orang yang telah
merubah teks asli menurut situasi dan kondisi yang
dihadapi mereka.
Jika kita bandingkan hal-hal obyektif tersebut di atas
dengan hal-hal yang tersebut dalam mukaddimah atau kata
pengantar bermacam-macam Bibel yang dicetak untuk awam,
kita rasakan ada perbedaan. Dalam kata pengantar itu
tak disebutkan hal-hal yang mengenai pembukuan Bibel;
hal-hal yang samar-samar dan kabur tidak diberi
penjelasan sehingga membingungkan pembaca, dan banyak
soal-soal yang diperkecil sehingga memberi gambaran
yang salah. Dengan begitu maka pengantar-pengantar itu
banyak yang merubah kebenaran. Banyak kitab (fasal)
yang dirubah beberapa kali; seperti dalam kasus Taurah,
tetapi dalam edisi hanya diterangkan, mungkin ada
perinci-perinci yang ditambahkan. Kadang-kadang ada
pengarang yang mengadakan diskusi tentang sesuatu
bagian yang tidak penting, akan tetapi ia melupakan
bagian yang sangat penting dan menolak pembahasan yang
mendalam. Sungguh menyedihkan jika kita melihat hal-hal
yang tidak benar dilakukan oleh orang-orang yang
menyiarkan Bibel untuk awam.
kitab kitab perjanjian lama
Perjanjian Lama merupakan kumpulan fasal-fasal yang
panjangnya tidak sama dan isinya bermacam-macam,
ditulis selama lebih dari sembilan abad dalam beberapa
bahasa dan dimulai dengan tradisi lisan. Fasal-fasal
itu banyak yang telah dikoreksi dan dilengkapkan sesuai
dengan kejadian-kejadian atau kebutuhan-kebutuhan
tertentu, pada waktu-waktu yang berjauhan jaraknya
antara satu dengan lainnya.
Sangat boleh jadi bahwa munculnya literatur yang
melimpah ini terjadi pada permulaan monarki Yahudi pada
abad XI SM, yaitu pada waktu timbulnya kelompok
pegawai-pegawai Raja yang merupakan
sekretaris-sekretaris, yakni orang-orang pandai yang
pekerjaannya tidak terbatas dalam sekedar menulis. Dari
zaman itulah bermula tulisan-tulisan parsial yang
tersebut dalam fasal-fasal sebelum ini, yakni
tulisan-tulisan yang penting untuk ditetapkan waktunya,
seperti nyanyian-nyanyian yang tersebut di atas,
kata-kata yang diucapkan oleh nabi Ya'kub dan nabi
Dawud, Sepuluh Perintah dan lebih umum lagi teks-teks
legislatif yang membentuk tradisi keagamaan sebelum
tersusunnya undang-undang. Teks-teks tersebut merupakan
bagian-bagian yang terpisah disana-sini dalam
bagian-bagian Perjanjian Lama.
Kemudian kira-kira abad X SM tersusunlah teks "Yahwist"
dari Pentateuque (Torat) yang merupakan lima fasal
pertama. Kemudian orang menambahkan kepada teks
tersebut, bagian-bagian yang dinamakan "versi Elohist"
dan versi "Sakerdotal".
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
3 komentar:
2016-2-19 leilei
gucci borse
coach factory outlet online
mcm handbags
nike air max 90
toms outlet
michael kors outlet
louis vuitton handbags
adidas superstars
coach outlet online
mont blanc pens
moncler jackets
michael kors outlet online
michael kors outlet
ed hardy
jordan 6s
longchamp outlet
louis vuitton outlet
air max
ralph lauren
louis vuitton outlet
mizuno running shoes
fitflops uk
nike air max 95
canada goose uk
kate spade
michael kors outlet
polo ralph lauren
true religion jeans
adidas superstar
nike sb dunks
gucci handbags
kate spade handbags
louboutin
ghd hair straighteners
louboutin pas cher
longchamp pas cher
coach outlet store online
toms shoes
michael kors outlet
adidas gazelle
qzz0522
marc jacobs outlet
canada goose outlet
coach outlet store online
true religion jeans
prada shoes
pandora charms
michael kors outlet
nike air force 1
michael kors outlet
five fingers shoes
nike air force 1
curry 4
longchamp handbags
stephen curry 5
balenciaga sneakers
off white x jordan 1
kd 10
mbt shoes online
off white jordan 1
nmd
20181212xixi888
Posting Komentar